Fanfic - Love Story Part 10

Title : Love Story Part 10
Chapter : 10/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy, Choi Seung Hyun
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 10. 

Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI

BONUS SCENE  1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________

Saat aku bangun keesokan harinya, kulirik jam yang ada diatas kabinet yang ternyata menunjukkan bahwa sudah pukul 9 pagi. Ah syukurlah ini masih hari libur, aku merasa sangat capek..

Dengan malas-malasan aku bangkit dari ranjang dan mulai berjalan terseok-seok ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Udara kurasakan cukup dingin, nampaknya penghangat ruangannya perlu untuk diatur ulang.

Rasanya aku sudah lebih segar sekarang, saat sedang berjalan menuju dapur untuk mengambil juice, aku mendengar suara bell di pintuku.

"Siapa?" kataku sambil menekan tombol intercom.
"Alan.." jawabnya. Aku segera membukakan pintu dan dihadapanku Alan berdiri dengan memakai jaket berwarna abu-abu dan celana jeans panjang warna hitam. "Yuk kita jalan-jalan.." ujarnya.
"Pagi begini? mau kemana?"
"Ini sudah termasuk siang tau." Alan menoyor pelan kepalaku. "Kita bisa jalan ke Mall, ada barang-barang yang harus ku beli." lanjutnya.
"Memangnya kamu mau sampai kapan disini?" tanyaku sambil mempersilakannya masuk.
"Sebulan" ia tersenyum ceria. "Aku kesini sebenarnya ada sedikit urusan, jika aku bisa menyelesaikannya dengan cepat maka kita akan punya banyak waktu untuk bersama!" senyumnya semakin terkembang.
"Whoa! benarkah! Akan sangat mengasyikkan!"
"Sudah, sana siap-siap.." ujarnya sambil duduk di sofa.
"Oke!" ku kedipkan mataku menggodanya.

Aku kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah memilih-milih, kuputuskan untuk memakai setelan yang hampir mirip dengan Alan. Jumper berwarna abu-abu dan Jeans panjang berwarna beige.

"Oke aku siap!" aku keluar dari kamar dan melihat Alan menatapku dengan tatapan kaget.
"Wah, kamu sekarang berubah ya!" ujarnya "Oke! Ayo berangkat! Jae-Hwa meminjamkan mobilnya untuk kita."
"Memangnya dia nggak pergi?" tanyaku sembari mengunci pintu.
"Nggak, katanya dia ingin istirahat saja dirumah.."
"Oh, baiklah.."

Kami berjalan menuju ke tempat parkir di Basement, udara menyeruak dingin begitu kami sampai disana. Aku memasukkan tanganku ke dalam kantung jaket untuk mencari kehangatan. Setelah berada di dalam mobil, Alan menyalakan seat heater dan mulai menjalankan mobilnya.

"Kenapa kamu nggak ngajak Ethan kalo kamu mau berlama-lama disini?" tanyaku
"Sudah, aku sudah mengajaknya tapi dia nggak mau, kan sekarang dia sudah bekerja di kementrian, mungkin pekerjaannya tidak memungkinkan untuknya pergi kesini.." jawab Alan sambil terus memperhatikan jalan.
Aku bergerak untuk menyalakan radio, sebuah alunan musik beat menggaung.

hanabuteo yeolkkaji modeun ge da han suwi
morae beolpan wireul michin deusi 
ttwieobwado geotteunhan uri
haneureun chungbunhi neomuna pureunikka
amugeotdo mutji mallan mariya
neukkiran mariya naega nugunji

Kuangguk-anggukkan kepalaku mengikuti iramanya, aku nggak tahu ini lagunya siapa tapi musiknya membuat semangat di pagi ini. Aku melirik, melihat Alan tersenyum geli melihat tingkahku.
"Kenapa?" tanyaku heran, namun masih tetap menganggukkan kepala.
"Tidak papa.." ia menghentikan kalimatnya dan tersenyum lalu menghela nafas.
"Kamu tahu ini lagu siapa? Bagus sekali, aku ingin membeli kasetnya.." ujarku.
"Hah? Kamu nggak tau?" ia menjawab dengan heran. Aku membalasnya dengan gelengan. "Ini kan lagunya Bigbang, bahkan semalam rapper-nya ada di apartemenmu.." lanjutnya.
"Whatt??" aku berteriak kaget dan melongo.
"Nah kita sudah sampai." Alan memasukkan mobil ke tempat parkir di basement mall. Kami keluar dari mobil dan menuju lift. Pintu lift terbuka dan kami masuk kedalamnya, namun kami melihat ada ibu-ibu sedang menggandeng seorang wanita tua yang nampaknya juga ingin masuk ke lift itu, jadi Alan menahan pintunya menunggu kedua orang tadi masuk.
"Aigoo terimakasih, nak.." ujar si ibu kepada Alan.
"Sama-sama, ibu mau turun dilantai berapa?"
"Kami di lantai 3.." lalu Alan memencet tombol untuk lantai 3.
"Kalian sepertinya bukan orang Korea?" kali ini si nenek yang bertanya.
"Benar, nek.." jawabku sambil tersenyum.
"Wah, kakak adik yang baik ya kalian berdua.." si nenek menjawab, aku dan Alan hanya tersenyum. Lift sudah berhenti di lantai 3 dan ibu serta nenek tadi beranjak untuk turun.
"Terimakasih sekali lagi.. Jaga adikmu baik-baik ya!" si nenek memukul pelan lengan Alan.
"Baik Halmeoni" Alan menjawab dengan tersenyum geli dan membungkukkan badannya dengan sopan.

Setelah pintu lift tertutup, kami kompak tertawa berdua.
"Hahaha! Itu gara-gara kita memakai pakaian yang hampir sama!" ujar Alan disela-sela tawa kami, lalu ia menekan tombol lantai 5.
"Bukan, itu gara-gara mukamu yang terlihat tua!" aku menimpali sambil reflek menggelayuti lengannya. Kami berdua agak kaget, aku berdehem dan melepaskan lengannya. Lift berbunyi menandakan kami sudah tiba di lantai 5, destinasi kami.

Aku keluar terlebih dahulu disusul oleh Alan, ternyata lantai 5 adalah sentra toko buku. Aku sangat menyukai buku, aku selalu membeli novel-novel secara rutin setiap bulannya, kebetulan bulan ini aku belum sempat membeli satupun sehingga begitu kami sampai disana, aku langsung otomatis berjalan-jalan melalui rak-rak buku yang tertata rapi disana. Tanpa kusadari, Alan hanya mengikutiku kesana kemari.

Aku mengambil beberapa novel, tapi aku kerepotan membawanya, dan tiba-tiba Alan menyodorkan keranjang belanjaan kearahku.
"Sini, masukkan buku-bukumu.." ujarnya.
"Eh..kamu nggak beli?" Alan tidak  menjawab, ia hanya tersenyum.
"Hanya ini atau ada lagi?" ia bertanya.
"Aku rasa cukup.."
"Ok!" dan dia berjalan ke meja kasir dan membayar buku-buku pilihanku
"He..hei apa yang mau lakukan?" lagi-lagi ia tidak menjawab, hanya senyumnya yang kudapatkan.
"Yuk, ada tempat lagi yang ingin kudatangi.." ia mengambil belanjaanku dan berjalan keluar toko, aku mengikutinya masih kebingungan. Kami kembali naik ke lift dan ia menekan tombol lantai 7. Yang aku tahu, lantai 7 adalah kumpulan restoran, apa dia mau makan siang? aku masih menebak-nebak.

Kami duduk di salah satu meja yang tersedia.
"Kamu mau pesan apa?" Alan bertanya.
"Daging bakar?"
"Ok! itu juga bagus!" lalu ia pergi untuk memesan makanan.
Tak lama setelah Alan pergi memesan makanan, handphoneku berbunyi tanda ada pesan masuk.

Selamat siang, kamu sedang apa?
Maaf aku semalam tidak menepati janji untuk menelpon
Aku pikir kamu pasti lelah..

 Ternyata dari Seung Hyun, aku cepat-cepat membalasnya. 

Aku sedang di Mall bersama Alan
Aku membeli banyak buku
Kamu sudah makan?

Setelah aku mengirim pesan itu, Alan kembali duduk.
"Bukannya kamu bilang ingin membeli sesuatu disini?" tanyaku.
"Memang, dan sudah kubeli.."
"Tapi kan buku-buku itu aku yang membeli, kenapa kamu yang membayar?"
"Wha? kamu tidak ingat?"
"Ingat apa?" tanyaku penuh rasa penasaran. Alan menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu ini, masa sama ulang tahun sendiri lupa?"
"Apa??"
"Ini hari ulang tahunmu, 27 Maret, ingat?" Alan menatapku dalam. "Dan buku-buku tadi itu kado dariku untukmu, juga makan siang ini aku yang traktir.."
"A..aku benar-benar lupa.."
"Wahaha padahal umurmu baru 24 tahun tapi sudah pikun begini.." Alan tertawa geli. "Nah, tentang lagu di radio tadi, apa kamu benar-benar tidak tahu kalau itu lagu dari Bigbang?"
Aku membalasnya dengan anggukan.
"Tapi T.O.P semalam baru saja sedang ada di dalam kamarmu.." lanjutnya. "..nampaknya kalian.." ia menghentikan kalimatnya dan berdehem. "..sangat dekat..."

Aku merasakan wajahku memanas.
"Ti..tidak kok! kami baru berkenalan beberapa minggu ini, belum ada sebulan.." jawabku gugup. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, ada pesan masuk lagi.

Aku sedang break syuting
mungkin setelah ini aku akan makan.
Jam berapa kamu pulang?

Seung Hyun, seperti biasa jadwalnya nampak padat. Aku membalas pesannya.

Setelah makan mungkin kami akan pulang
ini hari ulang  tahunku, aku lupa sama sekali
dan Alan mengingatkannya tadi

Pesan sudah ku kirim ke Seung Hyun.
"Dari T.O.P ya?" tanya Alan.
"Iya.." kuanggukkan kepalaku sembari memasukkan handphone kembali kedalam tas.
"Bagaimana menurutmu tentang dia?"
"Orangnya baik, tapi aku belum bisa memberikan jawaban lebih jauh.. kami baru berkenalan sebulan dan bertemu 3 atau 4 kali saja.."
"Oh.. baiklah.." jawabnya.
Pesanan kami akhirnya datang, kami makan sambil bercerita ringgan tentang kejadian-kejadian selama setahun belakangan selama kita tidak bertemu. Seung Hyun belum juga membalas pesanku, sepertinya ia kembali sibuk menjalankan aktifitasnya.

"Maaf ya aku tinggal sebentar.." Alan bangkit dari kursinya dan mengeluarkan handphone, setelah berjalan agak jauh ia nampaknya mulai menelpon. Siapa yang ditelponnya kira-kira?
Beberapa menit berlalu, Alan masih menelpon. Aku melayangkan pandanganku ke sekeliling tempat makan itu. Mataku tertumbuk pada satu poster yang dipasang tak jauh dari tempatku duduk.
Sebuah iklan handphone yang menampilkan seorang pria dengan jas putih dan ornamen bunga besar warna warni di bagian dada, sedang memegang handphone.
Dan aku tersadar bahwa pria itu adalah Seung Hyun! Ku tatap lekat-lekat poster itu, pandangan matanya yang tajam seperti menusuk di hatiku, alisnya yang tebal membentuk garis tegas. Dan bibirnya tersungging senyum simpul..
Bibir yang tipis berwarna merah jambu itu beberapa waktu lalu selalu menjadi fantasiku, dan baru semalam tadi letaknya begitu dekat denganku, tepat dihadapanku.

Source : http://seoulbeats.com/
Sebelum imajinasiku menjadi liar kembali, cepat-cepat kugelengkan kepalaku dan melihat kearah lain. Aku menatap kembali ke arah Alan yang nampaknya sudah selesai menelepon dan berjalan kembali kearahku. Setahun sudah berlalu, Alan banyak berubah, nampaknya sekarang badannya jadi lebih berisi. Dibalik jaket abu-abunya aku bisa melihat lekukan otot lengannya saat ia menekuk tangannya.

"Kamu sudah selesai? Kita ke taman bermain yuk!" ujar Alan begitu sampai di meja kami.
"Iya aku sudah selesai, yuk berangkat!"
Alan membawakan kantong belanjaan buku ku dan kami berjalan kembali menuju lift dan langsung ke tempat parkir.

"Jadi.. apa setahun ini kamu sudah punya pacar?" tanya Alan tiba-tiba.
"Eh? be..belum ada, aku  terlalu sibuk bekerja." aku buru-buru menyalakan radio.
"Oh Syukurlah.."
"Eh? apa?" tanyaku.
"Nggak kok.." dan Alan kembali berkonsentrasi pada jalan.
Setelah berkendara sekitar 45 menit, kami sampai di depan gerbang masuk ke taman bermain. Alan mencari tempat untuk memarkir mobil.

Setelah membeli tiket masuk, kami mulai mencari-cari arena permainan yang akan kami naiki. Sebagai awal, aku memilih untuk naik karosel kuda-kudaan yang berjalan memutar. Alan tidak ikut naik, ia berdiri di luar pagar pengaman sambil sesekali melambaikan tangan kearahku saat kudaku memutar di depannya.

Setelah selesai, kami memilih untuk naik roller coaster. Kami duduk berdampingan. Kereta pengangkut kami mulai berjalan, menaiki tanjakan pertama yang kukira-kira tingginya sampai 5 meter. Adrenalinku terasa terpacu, aku sudah tidak sabar merasakan saat kereta ini meluncur dengan keceptan tinggi melalui rel yang dibentuk sedemikian rupa dengan 2 lingkaran besar. Tangan Alan menggenggam tanganku erat. Aku menoleh kearahnya, ia sedang memejamkan matanya sambil menunduk, kurasa ia sedikit agak takut.

Ku genggam tangannya dan dengan tanganku yang satunya aku menepuk pelan dadanya.
"Tenang saja, sabuk pengaman ini kuat kok.." ujarku mencoba menegarkan Alan. Ia cuma mengangguk sambil tetap menutup mata. Perlahan tapi pasti, kereta tersebut akhirnya mendekati puncak dan siap untuk meluncur. Begitu kereta berjalan cepat kearah bawah bak menghujam bumi, genggaman Alan di tanganku semakin kencang. Ia sama sekali tidak membuka matanya, tidak pula berteriak seperti aku dan para penumpang yang lain. Badan kami terguncang ke kiri dan ke kanan mengikuti laju kereta yang berjalan riatas rel. Genggaman Alan semakin erat.

Akhirnya selesai sudah perjalanan kereta roller coaster ini, kami kembali ke tempat awal pemberangkatan.
"Hei.. kamu baik-baik saja?" aku menanyakan Alan yang perlahan mulai membuka matanya. Ia menghela nafas.
"Syukurlah, ku pikir aku akan pingsan.. Akan sangat memalukan.." ujarnya sambil perlahan turun dari kereta.
"Bukan memalukannya yang aku pikirkan, tapi kamu bakal ngerepotin aku.." ku dorong pelan punggungnya. Namun nampaknya kaki Alan belum memiliki kekuatan sepenuhnya, pijakannya kurang kuat sehingga doronganku berakibat badannya jadi limbung kedepan dan siap untuk jatuh. Dengan cepat aku menyadari kesalahanku, aku menghadang badannya dari depan mencoba untuk menahan tubuhnya agar dia tidak jatuh, namun tentu saja karena badan Alan lebih besar daripada badanku, yang terjadi adalah aku ikut terdorong dan akhirnya Alan jatuh menimpaku.

Badannya ada diatas badanku dan wajah kami belum pernah sedekat ini.
"Ma..maaf..!" ujar Alan dan dengan cepat ia bangkit, lalu mengulurkan tangannya untuk membantuku bangun. "Maaf.." ia kembali meminta maaf. Aku menjawab dengan anggukan karena aku sendiri juga masih terguncang. "Se..sebaiknya kita pulang sekarang.." lanjut Alan.

Ia memaksakan dirinya untuk berjalan namun langkahnya masih limbung, aku berjalan dibelakangnya, tak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya aku ingin membantunya berjalan, namun aku tak mau mengambil resiko bahwa kejadian tadi tentu akan berulang.
"Kamu nggak papa?" tanyaku begitu kami sampai di tempat parkir. "Mukamu masih terlihat pucat, apa sebaiknya kita ke klinik saja?" lanjutku.
"Tidak, aku hanya butuh tidur sebentarm kamu nggak jeberatan kan kalau kamu yang menyetir pulang?"
"Tentu tidak, sini mana kuncinya.."
Alan menyerahkan kunci kepadaku. Kami mulai jalan untuk pulang kembali ke apartemen.

Sepanjang jalan kami berdua hanya diam. Aku baru akan menyalakan radio untuk membunuh rasa sepi diantara kami, tapi kemudian saat aku melirik Alan yang ada di kursi penumpang disebelahku, ternyata ia tertidur. Aku meminggirkan mobil sebentar lalu mencoba untuk menurunkan sandaran kursi Alan supaya ia agak nyaman, namun rupanya Alan malah terbangun.
"Sandaran kursimu sebaiknya diturunkan saja, tidurlah lagi, perjalanan masih lumayan panjang.." jelasku. Alan mengangguk dan menurunkan sandarannya lalu kembali tertidur.

Aku melanjutkan perjalanan, sekarang sudah jam 7 malam. Perjalanan masih 30 menit lagi. AKu tidak jadi menyalakan radio karena aku khawatir Alan akan terganggu. Kami akhirnya sampai, aku memarkirkan kembali mobil Jae-Hwa di tempatnya, setelah mematikan mesin aku lalu membangunkan Alan.

"Kita sudah sampai, kau bisa bangun?" tanyaku.
"Iya, bisa.." jawab Alan sambil beringsut untuk bangun. Aku membukakan pintu mobil untuknya dari luar. Nampaknya ia benar-benar sakit.
"Apa perlu aku menelpon Jae-Hwa dan menyuruhnya kesini?"
"Ja.. jangan! Aku bisa berjalan sendiri!" tolaknya tegas.
"O..oke.."

Kami sampai di depan flatku.
Setelah memasukkan kartu kunciku untuk membuka pintu, aku menyalakan lampu.

"SURPRISEEEE!!!!"
Jae-Hwa muncul di hadapanku sambil menyalakan party cracker mini keatas kepalaku. Aku sangat terkejut, belum selesai keterkejutanku, Ada Geun Suk yang datang dari arah dapur dengan membawa sebuah Tart besar dengan buah-buahan sebagai hiasannya. Ia menyalakan lilin diatasnya.
"Ayo make a wish!" ujar Alan dibelakangku.
"Ta,,tapi.. bagaimana bisa??" aku masih kebingungan.
"Ini semua ide Alan.." Jawab Jae-Hwa.
"Ayo cepat tiup lilinnya.." Geun Suk terlihat tidak sabar.
"Ba..baik.."

Aku meniup lilin tersebut, namun sebelumnya aku sudah membuat sebuah permintaan. "Aku ingin selalu dikelilingi oleh orang-orang baik.." ujarku dalam hati.

Begitu aku meniup lilinnya, Jae-Hwa kembali menyalakan party cracker.
kami duduk berempat di ruang tamuku. Aku melihat Alan nampaknya ia sudah lebih baik. Aku mulai memotong-motong tart tersebut. Potongan pertama kuberikan pada Alan sebagai rasa terimakasihku atas hari ini, lalu potongan kedua kuberikan pada Jae-Hwa dan terakhir Geun Suk.

Kami berpesta, tertawa dan bergembira. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 dini hari, kami berempat sudah kelelahan dan memutuskan untuk beres-beres. Setelah itu mereka bertiga kemudian pamit untuk kembali ke flat Jae-Hwa dan tidur disana.
Setelah mengantarkan mereka bertiga ke depan dan menutup pintu, aku lalu ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka untuk persiapan tidur. Dan tiba-tiba terdengar suara bel pintuku berdering.

Apakah ada yang ketinggalan dari Jae-Hwa, Alan atau Geun Suk? pikirku

Aku membukakan pintu segera setelah mengelap mukaku dengan handuk.
"Ada yang ketinggalan??" tanyaku sambil membuka pintu. namun yang kutemukan di depanku bukannya ketiga orang tadi, melainkan seikat bunga mawar merah segar yang sedang dipegang oleh seseorang. Aku menegadahkan kepalaku untuk melihat siapa gerangan orang itu.
"Selamat ulang tahun.." suaranya berat dan sexy, itu suara Seung Hyun!
"Seung Hyun!" ujarku kaget. Ia tersenyum manis, oh lututku serasa meleleh dan seakan tak berpijak di lantai lagi melainkan terbang ke awang-awang. Ia menyerahkan seikat bunga itu kepadaku.
"Te..terimakasih.." aku berkata sambil malu-malu dan menunduk, aku tak sanggup menatap wajah gantengnya! Namun tiba-tiba tangannya membelai pipiku dan turun ke dagu lalu mengangkat wajahku. Tanpa aba-aba, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibir kami bertemu.

Bibir tipisnya yang selama ini ku kagumi, yang selama ini ku khayalkan, saat ini sedang memagut bibirku! Otakku berteriak! Bibirnya bergerak perlahan, tidak memaksa. Tangannya berada di pinggangku, membawa badanku semakin mendekat padanya. Aku merasa terbang keawang-awang, lututku lemas. Aku tak sempat menghitung berapa menit berlalu. Saat ia menjauhkan wajahnya yang aku tahu hanyalah aku merasa sangat lemas.

"Dengan begitu, kamu sudah menjadi milikku.." bisiknya di telingaku."Selamanya.." lanjutnya. Aku yang masih merasa terguncang tidak bisa mencerna kata-katanya, aku hanya mengangguk dengan kaku.

-------------------------------------------END OF PART 10--------------------------------------------

aaaaa...~~!! adegannya!! wakakka!!
*malu sendiri saya*

0 komentar:

Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss