Chapter : 9/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy, Choi Seung Hyun
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 9.
Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
BONUS SCENE 1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________
Aku mencoba menggerakkan badanku namun tidak bisa. Hanya mataku yang bisa melihat-lihat sekeliling. Aku ada di sebuah kamar bercat krem, tapi ini bukan kamarku, ini juga bukan kamar di kabinku. Dimana aku?
Masih berusaha menggerakkan badanku namun tak ada gunanya, seluruh anggota tubuhku kaku. Dengan panik aku melihat sekeliling dengan gerakan mataku yang terbatas. Aku ada di atas ranjang berbantal pink dengan bedcover motiv zebra membungkusku. Disampingku ada kabinet berwarna putih dengan cermin kecil diatasnya.
Tiba-tiba kepalaku terasa sakit seakan-akan ditarik paksa untuk lepas dari badanku, nafasku sesak, aku mencoba mengambil nafas panjang namun tak ada sedikit pun udara yang masuk ke paru-paruku. Ditengah rasa sesak itu, aku memejamkan mata dan aku merasakan sedikit demi sedikit aku bisa bernafas lega, dengan segera aku membuka mata dan tersentak. Aku bangun dan terduduk, masih dengan nafas terengah-engah aku memandang sekitarku. Aku sedang ada di kabinku, diatas ranjangku.
"He..hei, ada apa?" tanya Jae-Hwa dengan nada khawatir, ia ikut terbangun di sebelahku, nampaknya lagi-lagi ia memindahkanku dari sofa ke ranjang.
"Ti..tidak apa-apa.." jawabku masih terengah-engah.
"Benarkah?" ia menatapku dengan perasaan khawatir.
"Cuma mimpi buruk.." aku masih terguncang, beberapa tetes keringat dingin jatuh dari keningku.
Jae-Hwa beranjak bangkit dan mengambil air mineral dari dalam kulkas. Ia kembali dan duduk di sampingku. "Nih, minum dulu.." ujarnya sambil menyerahkan botol air mineral kepadaku. Aku meminumnya dengan cepat, karena kurang hati-hati aku tercekat dan akhirnya terbatuk-batuk. Jae-Hwa memukul-mukul punggungku dengan lembut.
"Terimakasih.." ujarku.
"Memangnya kamu mimpi apa?"
"Aku juga nggak yakin.." aku menyeka keringat dari keningku. "Jam berapa ini?" tanyaku.
"Baru jam 2 dini hari. Aku baru saja memindahkanmu belum ada 10 menit.."
"Apa Geun Suk sudah kembali?" aku mencoba mengatur nafasku
"Sampai saat ini ia belum membalas pesanku, mungkin ia sudah langsung kembali ke kamar. Kalau begitu aku akan kembali ke kabinku.." ujarnya sambil beranjak bangkit.
"Jangan!" aku meraih tangannya. "Tinggalah disini, setidaknya untuk saat ini, aku masih merasa shock.."
"Oh..baiklah.." ia kembali duduk di dekatku di pinggir ranjang. "Cobalah untuk tidur lagi.."
Aku berbaring kembali di ranjang dan mencoba untuk tidur seperti yang disarankan oleh Jae-Hwa. Perlahan aku menutup mataku dan kesadaranpun mulai hilang.
Keesokan harinya..
Sekali lagi aku terbangun. Aku membuka mataku pelan-pelan, masih trauma dengan kejadian sebelumnya. Aku memicingkan mataku, melihat kabinet di dekatku. Ternyata itu kabinet kamar di kabinku. Aku menggerakkan kaki dan tanganku pelan-pelan, ternyata bisa bergerak! Ini bukan kejadian seperti tadi!
Aku duduk diranjang dan melihat sekeliling. Jae-Hwa tidak ada. Mungkin dia sudah kembali ke kamarnya, pikirku. Setelah mengucek-ngucek mata sebentar, aku berjalan ke kamar mandi. Selama mandi, aku masih memikirkan tentang kejadian tadi, apakah itu mimpi? tapi kenapa rasanya begitu nyata? lagipula, itu tadi dikamar siapa? tempat itu tampaknya asing bagiku.
Aku mendengar ketukan di pintuku saat sedang mengeringkan rambut. Aku membukanya, ternyata itu Geun Suk. Ia berdiri di depan pintuku dengan wajah lusuh, sepertinya capek sekali.
"Ooh......" ia masuk kedalam kabinku dan mendorongku kesamping pintu lalu berjalan ke ranjangku dan menghempaskan tubuhnya disana. "Aku capek sekali.." Ujarnya sambil berguling-guling.
"Kenapa?" tanyaku keheranan.
"Semalaman aku bermain poker bersama hyung-hyungku.."
"Maksudmu Hyung-mu dari Bigbang?"
"Iya.." jawab Geun Suk dengan malas-malasan.
"Tapi.. Seung Hyun bilang dia ke Seoul.."
"Oh iya, TOP-hyung dan Jiyong-sshi memang kembali ke Seoul, aku bermain bersama Daesung-hyung, Taeyang-hyung dan Seungri-sshi."
Jiyong? Siapa sih? Kemarin juga yang menelpon Seung Hyun dia kan?
"Aku nggak melihat Jae-Hwa, kemana dia?" lanjut Geun Suk bertanya sambil terus berguling-gulung kekiri dan kekanan di atas ranjangku.
"Aku juga nggak melihatnya dari aku bangun tadi.."
"Kuharap ia nggak marah karena pesannya nggak kubalas.." ujarnya. "Aku tidur disini ya! Kunci kabinku entah terselip dimana." tambahnya dan ia segera tidur. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
Handphoneku berbunyi, ada pesan masuk. Aku meraih dan membuka isi pesannya.
Maaf aku ada rapat penting.
See you later.
Wah rupanya dari Jae-Hwa. Aku sudah akan mengetik pesan balasan, namun tiba-tiba ada panggilan masuk, nama Seung Hyun tertera di layar handphone-ku, segera ku geser lambang penerima berwarna hijau.
"Yoboseo.." suara di seberang sana menyapa.
"Yoboseo, Seung Hyun-ah"
"Yoboseo, Seung Hyun-ah"
"Kamu sedang apa?"
"Baru selesai mandi.." jawabku.
"Baru selesai mandi.." jawabku.
"Jam segini??" ia terdengar kaget. Aku melihat jam dinding ternyata sudah jam 11 siang.
"Jangan kaget begitu, aku jadi malu.." aku menahan rasa maluku.
"Nggak kok, maksudku bukan begitu, aku hanya kaget saja ternyata bukan hanya aku yang mandi jam segini.."
"Aku juga kalo nggak karena mimpi buruk semalam bakalan bangun pagi dan lari-lari kok.. Aku kan bukan pemalas," sanggahku.
"Iya.. Iya aku tahu.." ujarnya sambil sedikit dengan nada bercanda "Kamu mimpi apa?" lanjutnya.
"Ah nggak penting kok, cuma bunga tidur.."
"Kamu masih di Jeju?"
"Tentu saja, kan baru 3 hari.."
"Enak ya, aku sebetulnya masih ingin liburan seperti yang lainnya, tapi aku dan Jiyong harus kembali duluan."
Jiyong lagi... Pikirku.
"Apa kamu sudah makan?" tanyaku.
"Belum, apa kamu mau makan bersamaku?"
"Ha! mana mungkin bisa, kamu kan di sana, aku disini.."
"Benar juga.." lalu ia terdiam.
"Hei.. kamu nggak tidur lagi kan? Nggak sopan banget masa sedang menelpon lalu kau tinggal tidur.."
"Hahaha.. yang tadi malam ya? Mian.. aku terlalu letih, sesampainya di Seoul harus ke radio untuk promosi, lalu ke stasiun televisi juga.. Tapi yang penting aku menepati janjiku kan untuk menelpon, karena sangat tidak Gentle jika mengingkari janji walaupun hal sepele.."
"Kenapa kelihatannya kamu selalu ingin menunjukkan bahwa kamu ini sosok pria yang gentle?"
"Karena aku baca di buku, wanita kebanyakan suka dengan pria-pria gentle.."
"Memangnya menurutmu aku sama seperti wanita kebanyakan??" tanyaku dengan nada agak meninggi.
"Mianhae..Mian, bukan begitu maksudku, tapi..."
Kata-katanya terputus.
"Yoboseo??" aku mencoba memanggilnya, lalu kulihat layar handphoneku, ternyata mati!
Oh aku baru ingat, sejak kemarin siang aku belum menge-charge baterainya!
Na Oetteokhae..Bagaimana ini??
Aku mulai mencari-cari charger di tasku, setelah mencari sekitar 10 menit, aku menemukannya terselip di pinggir tas. Segera ku charge dan kunyalakan. Sembari menunggu handphoneku starting up, aku menelpon layanan room service untuk membawakanku makan, aku sudah sangat lapar!
Akhirnya starting up selesai, aku cepat-cepat mengirimkan pesan ke Seung Hyun.
"Kamu masih di Jeju?"
"Tentu saja, kan baru 3 hari.."
"Enak ya, aku sebetulnya masih ingin liburan seperti yang lainnya, tapi aku dan Jiyong harus kembali duluan."
Jiyong lagi... Pikirku.
"Apa kamu sudah makan?" tanyaku.
"Belum, apa kamu mau makan bersamaku?"
"Ha! mana mungkin bisa, kamu kan di sana, aku disini.."
"Benar juga.." lalu ia terdiam.
"Hei.. kamu nggak tidur lagi kan? Nggak sopan banget masa sedang menelpon lalu kau tinggal tidur.."
"Hahaha.. yang tadi malam ya? Mian.. aku terlalu letih, sesampainya di Seoul harus ke radio untuk promosi, lalu ke stasiun televisi juga.. Tapi yang penting aku menepati janjiku kan untuk menelpon, karena sangat tidak Gentle jika mengingkari janji walaupun hal sepele.."
"Kenapa kelihatannya kamu selalu ingin menunjukkan bahwa kamu ini sosok pria yang gentle?"
"Karena aku baca di buku, wanita kebanyakan suka dengan pria-pria gentle.."
"Memangnya menurutmu aku sama seperti wanita kebanyakan??" tanyaku dengan nada agak meninggi.
"Mianhae..Mian, bukan begitu maksudku, tapi..."
Kata-katanya terputus.
"Yoboseo??" aku mencoba memanggilnya, lalu kulihat layar handphoneku, ternyata mati!
Oh aku baru ingat, sejak kemarin siang aku belum menge-charge baterainya!
Na Oetteokhae..Bagaimana ini??
Aku mulai mencari-cari charger di tasku, setelah mencari sekitar 10 menit, aku menemukannya terselip di pinggir tas. Segera ku charge dan kunyalakan. Sembari menunggu handphoneku starting up, aku menelpon layanan room service untuk membawakanku makan, aku sudah sangat lapar!
Akhirnya starting up selesai, aku cepat-cepat mengirimkan pesan ke Seung Hyun.
Maaf, baterai handphoneku habis
akan ku charge dulu
Langsung saja pesan itu kukirimkan. Dengan hati berdebar aku menunggu balasan darinya. Tak perlu lama, tanda nada pesan masuk berbunyi dan segera kubuka.
Syukurlah, ku pikir kamu marah.
Baiklah silakan dicharge.
have a nice day
Setelah itu setiap malam dia selalu menelponku, waktunya tidak tentu tergantung dari kesibukan jadwalnya. Aku tak pernah menelponnya terlebih dahulu karena aku khawatir akan mengganggu kerjanya. Dia menelpon untuk menceritakan kepadaku apa yang dialaminya seharian itu, ia bercerita tentang makanan yang ia makan, tentang rekannya di 2NE1, karena dia tahu aku menyukai lagu-lagu mereka, dan tentu saja tentang episode drama yang hari itu diputar. Tak terasa waktu liburan 2 minggu sudah selesai, saatnya untuk kami kembali ke Seoul.
Jae-Hwa hanya bisa menemaniku sepanjang minggu pertama karena minggu kedua dia sudah disibukkan dengan rapat-rapat penting para pemegang saham. Aku bisa memakluminya, ternyata itu sebabnya terkadang saat di Seoul dia tiba-tiba menghilang. Seharusnya ia tak perlu merahasiakan jati diri dan pekerjaannya kan?
Kami sedang bersaip pulang, Geun Suk membantu mengangkat koperku karena ia sudah ditugasi Jae-Hwa untuk membantu. Sepanjang perjalanan menuju bandara, rekan-rekanku tak henti-hentinya berterimakasih atas liburan ini.
"Aku yang harusnya berterimakasih, hal ini tidak sebanding dengan perjuangan kalian selama ini.." Ujarku. Dalam beberapa jam kami tiba di Seoul dan berpisah, masih ada waktu 3 hari lagi sebelum kembali aktif di kantor. masing-masing dari mereka sudah kembali. Aku masih menunggu Geun Suk yang sedang mengambil mobil di basement parkir bandara. Tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti dihadapanku. Kaca mobil dari bagian penumpang perlahan turun dan sebuah wajah muncul dari baliknya.
"Yo!"
"Seung Hyun-ah!" aku terkejut, ternyata orang di dalam mobil itu adalah Seung Hyun.
"Cepat masuk!" ujarnya.
"Ta..tapi aku sedang menunggu Geun Suk.."
"Nanti aku yang menghubunginya, cepat masuk sebelum terlihat fans!" supirnya dengan sigap membukakan pintu untukku dan memasukkan koperku ke bagasi lalu kami melaju pergi.
Kulihat ia sibuk mengetik pesan di Handphonenya. "Nih aku sudah bilang ke Geun Suk kalau aku menjemputmu.." ia menunjukkan sebuah pesan terkirim ke nomor Geun Suk.
"Kita mau kemana?"
"Tentu saja ke apartemenmu.."
"Eeeeh????"
"Kenapa? Kamu terlihat kecewa, apa mau dinner dulu?" ia bertanya sambil menatapku. Oh matanya yang tajam serasa menusuk.
"Nggak, tadi sudah makan.."
"Baiklah, tunjukkan jalannya.." lalu aku memberikan instruksi kepada supirnya untuk menuju ke apartemenku.
Handphone Seung Hyun berbunyi.
"Yoboseo! Oh Jiyong-ah.. Aku mungkin pulang agak malam ya, ada urusan sedikit.. iya.. iya.. aku tahu.. iya.. iya..baiklah, kututup telponnya, bye!"
Ingin sekali rasanya aku menguping pembicaraan itu setelah Seung Hyun menyebutkan nama itu. Jiyong.. Siapa sih. Tapi rasanya nggak pantas jika aku bertanya-tanya.
"Baiklah kita sampai, ini gedung apartemenku.."
"Mari ke flatmu." ujarnya singkat lalu dengan sigap ia membuka pintu mobil, menungguku keluar lalu menarik tanganku masuk ke dalam gedung. Nampaknya ia sudah sangat terlatih untuk menghindari media dan fans. Geun Suk perlu belajar dari dia nih. pikirku.
"Ta..tapi koperku?"
"Nanti supirku yang membawanya" kami berdua buru-buru masuk kedalam gedung. Seung Hyun berhenti sebentar dan melihat sekeliling. "Wah, ternyata tempat ini lumayan sepi juga ya!" ujarnya.
"Tentu saja, makanya Geun Suk ikut pindah kemari, flatnya ada di lantai yang sama denganku, fans tidak ada yang tahu kepindahannya kemari." aku menjelaskan, Seung Hyun hanya mengangguk-angguk sambil tetap melihat-lihat keadaan.
Kami sampai di depan flatku. Setelah membuka pintunya, aku mempersilakan Seung Hyun masuk.
"Flatnya lumayan luas ya!" ia kelihatannya sangat tertarik, lalu membuka korden dan jendela. "pemandangan dari sini juga bagus!"
"Yah, begitulah, aku beruntung Jae-Hwa mendapatkan flat ini.." aku menyerahkan sebotol juice kepada Seung Hyun.
"Jae-Hwa itu kayanya suka padamu.." ujar Seung Hyun tiba-tiba, aku yang pada saat itu sedang meminum juice jadi tersedak dan terbatuk-batuk.
"Ah mana mungkin.. Kami adalah sahabat.." aku menjawab sambil terbatuk. Seung Hyun mendekat dan menepuk-nepuk punggungku.
"Kamu ini sering sekali tersedak, nanti bisa cepat mati.." protesnya, lalu ia membuka kulkasku dan mengambil air mineral. "Nih, minum air mineral saja.."
Aku duduk di sofa dan meminum air yang diambilkan oleh Seung Hyun. Ia masih berkeliling flatku dan sambil sesekali takjub atas apa yang ditemukannya. Misalnya saat ia ke kamar mandiku dan menemukan beberapa mainan apung berbentuk bebek yang kususun rapi di buffet, ia menjadi sangat hiseris. Begitu pula saat ia masuk ke kamarku. Disana juga terpampang beberapa mainan koleksi yang sengaja ku kumpulkan selama aku ada di Korea.
Mainan-mainan koleksi berbentuk beruang kecil-kecil dengan berbagai pose serta jenis profesi itu ku susun rapi dengan background latar kota yang kubuat dengan menggunakan Lego. "Woaah! koleksimu bagus-bagus! lihat yang ini, dia adalah suster! wah! lihat yang ini juga! seorang pilot!" begitulah komentarnya sembari memegang-megang beruang-beruang kecil itu. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang kekanak-kanakan.
"Kamu tau, aku juga mengoleksi mainan, mungkin suatu saat akan kutunjukkan!" Ujarnya bersemangat dengan senyum berseri-seri. Seung Hyun, wajahnya memang tidak lebih tampan daripada Jae-Hwa atau Geun Suk, tapi dia terlihat sangat manly. Garis rahangnya yang tegas itu kurasa sangat sexy! bibirnya tipis, matanya tajam bagai elang. Saat ini ia memakai sweater berwarna hitam dan jeans biru, dadanya terlihat bidang. Mataku masih saja mengawasinya ketika tanpa aku sadari ia juga sedang memandang ke arahku.
"Lagi-lagi kamu melamun.." ujarnya. Aku yang kepergok begitu langsung membuang muka dan melihat kearah lain, namun tiba-tiba ia meletakkan tangannya di kedua pipiku dan membawa wajahku untuk kembali menatap padanya. "Jangan melihat kearah lain, lihat aku saja!" matanya memandang tajam kearahku, alisnya yang tebal membentuk garis tegas. Dengan tangannya masih ada di pipiku, ia perlahan menariknya, membawa wajahku mendekat kearah wajahnya. Pikiranku berkata untuk melepaskan diri darinya, namun badanku tidak mau diajak bekerja sama.Wajahku dan wajahnya semakin mendekat perlahan, tangannya yang tadi berada di pipiku, salah satunya telah berpindah ke leherku, membwa tubuhku semakin dekat.
Namun tiba-tiba suara bel pintuku menyadarkan kami dari atmosfer penuh feromon cinta. Aku menarik lepas tangan Seung Hyun dari badanku dan pergi ke depan untuk membukakan pintu. "iyaa.. siapaa?" aku bertanya namun tidak ada jawaban. Aku membuka pintu, dan melihat sesosok orang yang sangat ku kenal.
"Alan!!" aku memanggil namanya.
"Cindy!" ia lalu memelukku erat. "Oh aku kangen sekali!"
"He..hei! sesak napas nih!" aku berusaha melepaskan pelukannya. "Mari masuk dulu.." lalu ia mengangkat koper nya dan membawanya masuk ke flatku. Saat sedang menuju ruang tamu, ia bertatap mata dengan Seung Hyun yang kala itu sedang ada di kamarku masih bermain dengan koleksi mainan-mainanku. Namun Seung Hyun hanya melengos sinis dan kembali memainkan beruang-beruang itu.
Alan memandang ke arahku dan berdehem, suasana diantara kami jadi sedikit canggung.
"Silakan duduk.." ujarku sambil mencarikan kaleng juice di kulkas dan memberikannya pada Alan. "Kenapa datangnya tiba-tiba?" aku bertanya padanya.
"Tadinya aku ingin memberikan kejutan, tapi saat aku ke tempat Jae-Hwa rupanya dia tidak ada, dan kebetulan aku ingat dia pernah bilang kalau flatmu disebelahnya, jadi aku kesini saja.." jawabnya.
Aku melihat Seung Hyun yang sedikit mengintip dan menguping pembicaraan kami, namun tentu saja ia tidak mengerti karena aku memakai bahasa negaraku dengan Alan.
"Kenapa dia bisa ada disini? dia TOP dari Bigbang kan?" tanya alan sambil mengisyaratkan pandangannya ke arah Seung Hyun yang aku rasa sedang berpura-pura masih bermain, namun tentu saja mendengar namanya disebut telinganya pasti akan dipertajam untuk menguping.
"Kamu tau?" tanyaku
"Tentu saja, rata-rata murid di tempat lesku nge-fans dengannya."
"Dia sahabatku, kami bertemu saat sedang di Pulau Jeju, ah dan Jae-Hwa masih ada di sana ia sedang ada rapat pemegang saham.. Tau nggak? Jae-Hwa itu bos besar lho!" Aku bercerita panjang lebar.
"Ah yang benar? aku nggak tau, sumpah! Wah ternyata orang seperti dia itu bos ya? haha" kami berdua tertawa terbahak-bahak.
"Ehem!" Seung Hyun tanpa kami sadari sudah berdiri di dekat kami. "Dia siapa?" tanyanya kepadaku dalam bahasa Korea.
"Aku Alan. Senang berkenalan denganmu." Alan memperkenalkan dirinya dengan bahasa Korea juga dan mengulurkan tangannya ke Seung Hyun.
"Oh.." Seung Hyun menyambut tangan Alan. "Dan kamu pasti sudah mengenalku kan?" ia meninggikan nada bicaranya, Alan hanya mengangguk.
Seung Hyun lalu duduk disebelahku, namun tidak diantara aku dan Alan, dan memegang tanganku. Nampaknya ia sedang menujukkan dominasinya terhadapku.
Alan berdehem, lalu dengan gerakan canggung ia minum juice yang kuberikan. Kami bertiga kemudian terdiam.
Suara bel dari pintuku menghentikan aura kecanggungan yang terjadi diantara kami, aku melepaskan genggaman tangan Seung Hyun lalu berjalan menuju pintu. Saat kubuka rupanya itu adalah Jae-Hwa.
Wah kebetulan apa ini, kenapa orang-orang ini selalu muncul disaat-saat yang sangat tepat? pikirku.
"Oh, Jae-Hwa, bukannya kamu masih di Jeju?"
"Aku baru saja sampai, ada siapa di dalam?"
"Seung Hyun dan Alan.."
"Alan??" lalu Jae-Hwa buru-buru masuk kedalam untuk bertemu dengan sahabatnya. "Hey my Bro!" Jae-Hwa bersorak kegirangan saat melihat Alan, mereka saling berpelukan layaknya sahabat yang sudah lama tidak bersua.
"Katanya kamu sedang di Jeju? aku tadi sudah ke flatmu tapi kosong.." ujar Alan.
"Iya ini aku baru saja sampai.."
lalu mereka mengobrol dengan santainya, seakan-akan tidak menyadari kehadiranku dan Seung Hyun.
Seung Hyun mendekat padaku, dia berdiri disampingku lalu melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku sangat terkejut!
Tiba-tiba percakapan antara Jae-Hwa dan Alan terhenti saat menyaksikan adegan itu. Mereka memandang tajam kearah Seung Hyun yang dibalas pula dengan tatapan ala elang miliknya. Suasana kembali menjadi canggung.
"wahh coba lihat sudah jam berapa ini, pantas saja aku mengantuk sekali.." lalu aku pura-pura menguap menandakan bahwa aku benar-benar capek. "mungkin sudah saatnya kalian kembali pulang.." lanjutku.
Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka ada yang mau mengalah untuk keluar dari pintu. Tangan Seung Hyun yang ada di pinggangku, ku tarik kearah pintu keluar, akus empat melihat senyum puas terbentuk di bibir Jae-Hwa lalu aku menarik tangannya juga "kamu juga pasti capek, sana kembali ke flatmu!"
"Eeeehhh,,,,!!!!!" Jae-Hwa yang sedang kuseret nampaknya juga memegang tangan Alan dan membawanya serta. Akhirnya mereka bertiga sudah keluar dari flatku.
"Akan kutelpon nanti.." ujar Seung Hyun lalu membelai pipiku dan mendaratkan kecupan di keningku yang membuat Jae-Hwa dan Alan terperangah. Aku merasakan wajahku memerah, dan mengangguk.
Mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Aku menutup pintu dan bersandar di dinding.
"Susah juga ternyata kalau punya banyak teman cowok.."
Aku merasa sangat capek, setelah mencuci muka dan membereskan ruang tamu, aku bersiap tidur.
"Tuhan, Semoga besok lebih baik dari pada hari ini.." doaku terucap sebelum mata kupejamkan.
-------------------------------------------END OF PART 9---------------------------------------------
Jae-Hwa hanya bisa menemaniku sepanjang minggu pertama karena minggu kedua dia sudah disibukkan dengan rapat-rapat penting para pemegang saham. Aku bisa memakluminya, ternyata itu sebabnya terkadang saat di Seoul dia tiba-tiba menghilang. Seharusnya ia tak perlu merahasiakan jati diri dan pekerjaannya kan?
Kami sedang bersaip pulang, Geun Suk membantu mengangkat koperku karena ia sudah ditugasi Jae-Hwa untuk membantu. Sepanjang perjalanan menuju bandara, rekan-rekanku tak henti-hentinya berterimakasih atas liburan ini.
"Aku yang harusnya berterimakasih, hal ini tidak sebanding dengan perjuangan kalian selama ini.." Ujarku. Dalam beberapa jam kami tiba di Seoul dan berpisah, masih ada waktu 3 hari lagi sebelum kembali aktif di kantor. masing-masing dari mereka sudah kembali. Aku masih menunggu Geun Suk yang sedang mengambil mobil di basement parkir bandara. Tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti dihadapanku. Kaca mobil dari bagian penumpang perlahan turun dan sebuah wajah muncul dari baliknya.
"Yo!"
"Seung Hyun-ah!" aku terkejut, ternyata orang di dalam mobil itu adalah Seung Hyun.
"Cepat masuk!" ujarnya.
"Ta..tapi aku sedang menunggu Geun Suk.."
"Nanti aku yang menghubunginya, cepat masuk sebelum terlihat fans!" supirnya dengan sigap membukakan pintu untukku dan memasukkan koperku ke bagasi lalu kami melaju pergi.
Kulihat ia sibuk mengetik pesan di Handphonenya. "Nih aku sudah bilang ke Geun Suk kalau aku menjemputmu.." ia menunjukkan sebuah pesan terkirim ke nomor Geun Suk.
"Kita mau kemana?"
"Tentu saja ke apartemenmu.."
"Eeeeh????"
"Kenapa? Kamu terlihat kecewa, apa mau dinner dulu?" ia bertanya sambil menatapku. Oh matanya yang tajam serasa menusuk.
"Nggak, tadi sudah makan.."
"Baiklah, tunjukkan jalannya.." lalu aku memberikan instruksi kepada supirnya untuk menuju ke apartemenku.
Handphone Seung Hyun berbunyi.
"Yoboseo! Oh Jiyong-ah.. Aku mungkin pulang agak malam ya, ada urusan sedikit.. iya.. iya.. aku tahu.. iya.. iya..baiklah, kututup telponnya, bye!"
Ingin sekali rasanya aku menguping pembicaraan itu setelah Seung Hyun menyebutkan nama itu. Jiyong.. Siapa sih. Tapi rasanya nggak pantas jika aku bertanya-tanya.
"Baiklah kita sampai, ini gedung apartemenku.."
"Mari ke flatmu." ujarnya singkat lalu dengan sigap ia membuka pintu mobil, menungguku keluar lalu menarik tanganku masuk ke dalam gedung. Nampaknya ia sudah sangat terlatih untuk menghindari media dan fans. Geun Suk perlu belajar dari dia nih. pikirku.
"Ta..tapi koperku?"
"Nanti supirku yang membawanya" kami berdua buru-buru masuk kedalam gedung. Seung Hyun berhenti sebentar dan melihat sekeliling. "Wah, ternyata tempat ini lumayan sepi juga ya!" ujarnya.
"Tentu saja, makanya Geun Suk ikut pindah kemari, flatnya ada di lantai yang sama denganku, fans tidak ada yang tahu kepindahannya kemari." aku menjelaskan, Seung Hyun hanya mengangguk-angguk sambil tetap melihat-lihat keadaan.
Kami sampai di depan flatku. Setelah membuka pintunya, aku mempersilakan Seung Hyun masuk.
"Flatnya lumayan luas ya!" ia kelihatannya sangat tertarik, lalu membuka korden dan jendela. "pemandangan dari sini juga bagus!"
"Yah, begitulah, aku beruntung Jae-Hwa mendapatkan flat ini.." aku menyerahkan sebotol juice kepada Seung Hyun.
"Jae-Hwa itu kayanya suka padamu.." ujar Seung Hyun tiba-tiba, aku yang pada saat itu sedang meminum juice jadi tersedak dan terbatuk-batuk.
"Ah mana mungkin.. Kami adalah sahabat.." aku menjawab sambil terbatuk. Seung Hyun mendekat dan menepuk-nepuk punggungku.
"Kamu ini sering sekali tersedak, nanti bisa cepat mati.." protesnya, lalu ia membuka kulkasku dan mengambil air mineral. "Nih, minum air mineral saja.."
Aku duduk di sofa dan meminum air yang diambilkan oleh Seung Hyun. Ia masih berkeliling flatku dan sambil sesekali takjub atas apa yang ditemukannya. Misalnya saat ia ke kamar mandiku dan menemukan beberapa mainan apung berbentuk bebek yang kususun rapi di buffet, ia menjadi sangat hiseris. Begitu pula saat ia masuk ke kamarku. Disana juga terpampang beberapa mainan koleksi yang sengaja ku kumpulkan selama aku ada di Korea.
Mainan-mainan koleksi berbentuk beruang kecil-kecil dengan berbagai pose serta jenis profesi itu ku susun rapi dengan background latar kota yang kubuat dengan menggunakan Lego. "Woaah! koleksimu bagus-bagus! lihat yang ini, dia adalah suster! wah! lihat yang ini juga! seorang pilot!" begitulah komentarnya sembari memegang-megang beruang-beruang kecil itu. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang kekanak-kanakan.
"Kamu tau, aku juga mengoleksi mainan, mungkin suatu saat akan kutunjukkan!" Ujarnya bersemangat dengan senyum berseri-seri. Seung Hyun, wajahnya memang tidak lebih tampan daripada Jae-Hwa atau Geun Suk, tapi dia terlihat sangat manly. Garis rahangnya yang tegas itu kurasa sangat sexy! bibirnya tipis, matanya tajam bagai elang. Saat ini ia memakai sweater berwarna hitam dan jeans biru, dadanya terlihat bidang. Mataku masih saja mengawasinya ketika tanpa aku sadari ia juga sedang memandang ke arahku.
"Lagi-lagi kamu melamun.." ujarnya. Aku yang kepergok begitu langsung membuang muka dan melihat kearah lain, namun tiba-tiba ia meletakkan tangannya di kedua pipiku dan membawa wajahku untuk kembali menatap padanya. "Jangan melihat kearah lain, lihat aku saja!" matanya memandang tajam kearahku, alisnya yang tebal membentuk garis tegas. Dengan tangannya masih ada di pipiku, ia perlahan menariknya, membawa wajahku mendekat kearah wajahnya. Pikiranku berkata untuk melepaskan diri darinya, namun badanku tidak mau diajak bekerja sama.Wajahku dan wajahnya semakin mendekat perlahan, tangannya yang tadi berada di pipiku, salah satunya telah berpindah ke leherku, membwa tubuhku semakin dekat.
Namun tiba-tiba suara bel pintuku menyadarkan kami dari atmosfer penuh feromon cinta. Aku menarik lepas tangan Seung Hyun dari badanku dan pergi ke depan untuk membukakan pintu. "iyaa.. siapaa?" aku bertanya namun tidak ada jawaban. Aku membuka pintu, dan melihat sesosok orang yang sangat ku kenal.
"Alan!!" aku memanggil namanya.
"Cindy!" ia lalu memelukku erat. "Oh aku kangen sekali!"
"He..hei! sesak napas nih!" aku berusaha melepaskan pelukannya. "Mari masuk dulu.." lalu ia mengangkat koper nya dan membawanya masuk ke flatku. Saat sedang menuju ruang tamu, ia bertatap mata dengan Seung Hyun yang kala itu sedang ada di kamarku masih bermain dengan koleksi mainan-mainanku. Namun Seung Hyun hanya melengos sinis dan kembali memainkan beruang-beruang itu.
Alan memandang ke arahku dan berdehem, suasana diantara kami jadi sedikit canggung.
"Silakan duduk.." ujarku sambil mencarikan kaleng juice di kulkas dan memberikannya pada Alan. "Kenapa datangnya tiba-tiba?" aku bertanya padanya.
"Tadinya aku ingin memberikan kejutan, tapi saat aku ke tempat Jae-Hwa rupanya dia tidak ada, dan kebetulan aku ingat dia pernah bilang kalau flatmu disebelahnya, jadi aku kesini saja.." jawabnya.
Aku melihat Seung Hyun yang sedikit mengintip dan menguping pembicaraan kami, namun tentu saja ia tidak mengerti karena aku memakai bahasa negaraku dengan Alan.
"Kenapa dia bisa ada disini? dia TOP dari Bigbang kan?" tanya alan sambil mengisyaratkan pandangannya ke arah Seung Hyun yang aku rasa sedang berpura-pura masih bermain, namun tentu saja mendengar namanya disebut telinganya pasti akan dipertajam untuk menguping.
"Kamu tau?" tanyaku
"Tentu saja, rata-rata murid di tempat lesku nge-fans dengannya."
"Dia sahabatku, kami bertemu saat sedang di Pulau Jeju, ah dan Jae-Hwa masih ada di sana ia sedang ada rapat pemegang saham.. Tau nggak? Jae-Hwa itu bos besar lho!" Aku bercerita panjang lebar.
"Ah yang benar? aku nggak tau, sumpah! Wah ternyata orang seperti dia itu bos ya? haha" kami berdua tertawa terbahak-bahak.
"Ehem!" Seung Hyun tanpa kami sadari sudah berdiri di dekat kami. "Dia siapa?" tanyanya kepadaku dalam bahasa Korea.
"Aku Alan. Senang berkenalan denganmu." Alan memperkenalkan dirinya dengan bahasa Korea juga dan mengulurkan tangannya ke Seung Hyun.
"Oh.." Seung Hyun menyambut tangan Alan. "Dan kamu pasti sudah mengenalku kan?" ia meninggikan nada bicaranya, Alan hanya mengangguk.
Seung Hyun lalu duduk disebelahku, namun tidak diantara aku dan Alan, dan memegang tanganku. Nampaknya ia sedang menujukkan dominasinya terhadapku.
Alan berdehem, lalu dengan gerakan canggung ia minum juice yang kuberikan. Kami bertiga kemudian terdiam.
Suara bel dari pintuku menghentikan aura kecanggungan yang terjadi diantara kami, aku melepaskan genggaman tangan Seung Hyun lalu berjalan menuju pintu. Saat kubuka rupanya itu adalah Jae-Hwa.
Wah kebetulan apa ini, kenapa orang-orang ini selalu muncul disaat-saat yang sangat tepat? pikirku.
"Oh, Jae-Hwa, bukannya kamu masih di Jeju?"
"Aku baru saja sampai, ada siapa di dalam?"
"Seung Hyun dan Alan.."
"Alan??" lalu Jae-Hwa buru-buru masuk kedalam untuk bertemu dengan sahabatnya. "Hey my Bro!" Jae-Hwa bersorak kegirangan saat melihat Alan, mereka saling berpelukan layaknya sahabat yang sudah lama tidak bersua.
"Katanya kamu sedang di Jeju? aku tadi sudah ke flatmu tapi kosong.." ujar Alan.
"Iya ini aku baru saja sampai.."
lalu mereka mengobrol dengan santainya, seakan-akan tidak menyadari kehadiranku dan Seung Hyun.
Seung Hyun mendekat padaku, dia berdiri disampingku lalu melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku sangat terkejut!
Tiba-tiba percakapan antara Jae-Hwa dan Alan terhenti saat menyaksikan adegan itu. Mereka memandang tajam kearah Seung Hyun yang dibalas pula dengan tatapan ala elang miliknya. Suasana kembali menjadi canggung.
"wahh coba lihat sudah jam berapa ini, pantas saja aku mengantuk sekali.." lalu aku pura-pura menguap menandakan bahwa aku benar-benar capek. "mungkin sudah saatnya kalian kembali pulang.." lanjutku.
Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka ada yang mau mengalah untuk keluar dari pintu. Tangan Seung Hyun yang ada di pinggangku, ku tarik kearah pintu keluar, akus empat melihat senyum puas terbentuk di bibir Jae-Hwa lalu aku menarik tangannya juga "kamu juga pasti capek, sana kembali ke flatmu!"
"Eeeehhh,,,,!!!!!" Jae-Hwa yang sedang kuseret nampaknya juga memegang tangan Alan dan membawanya serta. Akhirnya mereka bertiga sudah keluar dari flatku.
"Akan kutelpon nanti.." ujar Seung Hyun lalu membelai pipiku dan mendaratkan kecupan di keningku yang membuat Jae-Hwa dan Alan terperangah. Aku merasakan wajahku memerah, dan mengangguk.
Mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Aku menutup pintu dan bersandar di dinding.
"Susah juga ternyata kalau punya banyak teman cowok.."
Aku merasa sangat capek, setelah mencuci muka dan membereskan ruang tamu, aku bersiap tidur.
"Tuhan, Semoga besok lebih baik dari pada hari ini.." doaku terucap sebelum mata kupejamkan.
-------------------------------------------END OF PART 9---------------------------------------------
PHOTO W KOREA MAGAZINE Credit To : - PiNKHEART :"> @ Facebook |
0 komentar:
Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss