Fanfic - Love Story Part 10

Title : Love Story Part 10
Chapter : 10/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy, Choi Seung Hyun
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 10. 

Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI

BONUS SCENE  1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________

Saat aku bangun keesokan harinya, kulirik jam yang ada diatas kabinet yang ternyata menunjukkan bahwa sudah pukul 9 pagi. Ah syukurlah ini masih hari libur, aku merasa sangat capek..

Dengan malas-malasan aku bangkit dari ranjang dan mulai berjalan terseok-seok ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Udara kurasakan cukup dingin, nampaknya penghangat ruangannya perlu untuk diatur ulang.

Rasanya aku sudah lebih segar sekarang, saat sedang berjalan menuju dapur untuk mengambil juice, aku mendengar suara bell di pintuku.

"Siapa?" kataku sambil menekan tombol intercom.
"Alan.." jawabnya. Aku segera membukakan pintu dan dihadapanku Alan berdiri dengan memakai jaket berwarna abu-abu dan celana jeans panjang warna hitam. "Yuk kita jalan-jalan.." ujarnya.
"Pagi begini? mau kemana?"
"Ini sudah termasuk siang tau." Alan menoyor pelan kepalaku. "Kita bisa jalan ke Mall, ada barang-barang yang harus ku beli." lanjutnya.
"Memangnya kamu mau sampai kapan disini?" tanyaku sambil mempersilakannya masuk.
"Sebulan" ia tersenyum ceria. "Aku kesini sebenarnya ada sedikit urusan, jika aku bisa menyelesaikannya dengan cepat maka kita akan punya banyak waktu untuk bersama!" senyumnya semakin terkembang.
"Whoa! benarkah! Akan sangat mengasyikkan!"
"Sudah, sana siap-siap.." ujarnya sambil duduk di sofa.
"Oke!" ku kedipkan mataku menggodanya.

Aku kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah memilih-milih, kuputuskan untuk memakai setelan yang hampir mirip dengan Alan. Jumper berwarna abu-abu dan Jeans panjang berwarna beige.

"Oke aku siap!" aku keluar dari kamar dan melihat Alan menatapku dengan tatapan kaget.
"Wah, kamu sekarang berubah ya!" ujarnya "Oke! Ayo berangkat! Jae-Hwa meminjamkan mobilnya untuk kita."
"Memangnya dia nggak pergi?" tanyaku sembari mengunci pintu.
"Nggak, katanya dia ingin istirahat saja dirumah.."
"Oh, baiklah.."

Kami berjalan menuju ke tempat parkir di Basement, udara menyeruak dingin begitu kami sampai disana. Aku memasukkan tanganku ke dalam kantung jaket untuk mencari kehangatan. Setelah berada di dalam mobil, Alan menyalakan seat heater dan mulai menjalankan mobilnya.

"Kenapa kamu nggak ngajak Ethan kalo kamu mau berlama-lama disini?" tanyaku
"Sudah, aku sudah mengajaknya tapi dia nggak mau, kan sekarang dia sudah bekerja di kementrian, mungkin pekerjaannya tidak memungkinkan untuknya pergi kesini.." jawab Alan sambil terus memperhatikan jalan.
Aku bergerak untuk menyalakan radio, sebuah alunan musik beat menggaung.

hanabuteo yeolkkaji modeun ge da han suwi
morae beolpan wireul michin deusi 
ttwieobwado geotteunhan uri
haneureun chungbunhi neomuna pureunikka
amugeotdo mutji mallan mariya
neukkiran mariya naega nugunji

Kuangguk-anggukkan kepalaku mengikuti iramanya, aku nggak tahu ini lagunya siapa tapi musiknya membuat semangat di pagi ini. Aku melirik, melihat Alan tersenyum geli melihat tingkahku.
"Kenapa?" tanyaku heran, namun masih tetap menganggukkan kepala.
"Tidak papa.." ia menghentikan kalimatnya dan tersenyum lalu menghela nafas.
"Kamu tahu ini lagu siapa? Bagus sekali, aku ingin membeli kasetnya.." ujarku.
"Hah? Kamu nggak tau?" ia menjawab dengan heran. Aku membalasnya dengan gelengan. "Ini kan lagunya Bigbang, bahkan semalam rapper-nya ada di apartemenmu.." lanjutnya.
"Whatt??" aku berteriak kaget dan melongo.
"Nah kita sudah sampai." Alan memasukkan mobil ke tempat parkir di basement mall. Kami keluar dari mobil dan menuju lift. Pintu lift terbuka dan kami masuk kedalamnya, namun kami melihat ada ibu-ibu sedang menggandeng seorang wanita tua yang nampaknya juga ingin masuk ke lift itu, jadi Alan menahan pintunya menunggu kedua orang tadi masuk.
"Aigoo terimakasih, nak.." ujar si ibu kepada Alan.
"Sama-sama, ibu mau turun dilantai berapa?"
"Kami di lantai 3.." lalu Alan memencet tombol untuk lantai 3.
"Kalian sepertinya bukan orang Korea?" kali ini si nenek yang bertanya.
"Benar, nek.." jawabku sambil tersenyum.
"Wah, kakak adik yang baik ya kalian berdua.." si nenek menjawab, aku dan Alan hanya tersenyum. Lift sudah berhenti di lantai 3 dan ibu serta nenek tadi beranjak untuk turun.
"Terimakasih sekali lagi.. Jaga adikmu baik-baik ya!" si nenek memukul pelan lengan Alan.
"Baik Halmeoni" Alan menjawab dengan tersenyum geli dan membungkukkan badannya dengan sopan.

Setelah pintu lift tertutup, kami kompak tertawa berdua.
"Hahaha! Itu gara-gara kita memakai pakaian yang hampir sama!" ujar Alan disela-sela tawa kami, lalu ia menekan tombol lantai 5.
"Bukan, itu gara-gara mukamu yang terlihat tua!" aku menimpali sambil reflek menggelayuti lengannya. Kami berdua agak kaget, aku berdehem dan melepaskan lengannya. Lift berbunyi menandakan kami sudah tiba di lantai 5, destinasi kami.

Aku keluar terlebih dahulu disusul oleh Alan, ternyata lantai 5 adalah sentra toko buku. Aku sangat menyukai buku, aku selalu membeli novel-novel secara rutin setiap bulannya, kebetulan bulan ini aku belum sempat membeli satupun sehingga begitu kami sampai disana, aku langsung otomatis berjalan-jalan melalui rak-rak buku yang tertata rapi disana. Tanpa kusadari, Alan hanya mengikutiku kesana kemari.

Aku mengambil beberapa novel, tapi aku kerepotan membawanya, dan tiba-tiba Alan menyodorkan keranjang belanjaan kearahku.
"Sini, masukkan buku-bukumu.." ujarnya.
"Eh..kamu nggak beli?" Alan tidak  menjawab, ia hanya tersenyum.
"Hanya ini atau ada lagi?" ia bertanya.
"Aku rasa cukup.."
"Ok!" dan dia berjalan ke meja kasir dan membayar buku-buku pilihanku
"He..hei apa yang mau lakukan?" lagi-lagi ia tidak menjawab, hanya senyumnya yang kudapatkan.
"Yuk, ada tempat lagi yang ingin kudatangi.." ia mengambil belanjaanku dan berjalan keluar toko, aku mengikutinya masih kebingungan. Kami kembali naik ke lift dan ia menekan tombol lantai 7. Yang aku tahu, lantai 7 adalah kumpulan restoran, apa dia mau makan siang? aku masih menebak-nebak.

Kami duduk di salah satu meja yang tersedia.
"Kamu mau pesan apa?" Alan bertanya.
"Daging bakar?"
"Ok! itu juga bagus!" lalu ia pergi untuk memesan makanan.
Tak lama setelah Alan pergi memesan makanan, handphoneku berbunyi tanda ada pesan masuk.

Selamat siang, kamu sedang apa?
Maaf aku semalam tidak menepati janji untuk menelpon
Aku pikir kamu pasti lelah..

 Ternyata dari Seung Hyun, aku cepat-cepat membalasnya. 

Aku sedang di Mall bersama Alan
Aku membeli banyak buku
Kamu sudah makan?

Setelah aku mengirim pesan itu, Alan kembali duduk.
"Bukannya kamu bilang ingin membeli sesuatu disini?" tanyaku.
"Memang, dan sudah kubeli.."
"Tapi kan buku-buku itu aku yang membeli, kenapa kamu yang membayar?"
"Wha? kamu tidak ingat?"
"Ingat apa?" tanyaku penuh rasa penasaran. Alan menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu ini, masa sama ulang tahun sendiri lupa?"
"Apa??"
"Ini hari ulang tahunmu, 27 Maret, ingat?" Alan menatapku dalam. "Dan buku-buku tadi itu kado dariku untukmu, juga makan siang ini aku yang traktir.."
"A..aku benar-benar lupa.."
"Wahaha padahal umurmu baru 24 tahun tapi sudah pikun begini.." Alan tertawa geli. "Nah, tentang lagu di radio tadi, apa kamu benar-benar tidak tahu kalau itu lagu dari Bigbang?"
Aku membalasnya dengan anggukan.
"Tapi T.O.P semalam baru saja sedang ada di dalam kamarmu.." lanjutnya. "..nampaknya kalian.." ia menghentikan kalimatnya dan berdehem. "..sangat dekat..."

Aku merasakan wajahku memanas.
"Ti..tidak kok! kami baru berkenalan beberapa minggu ini, belum ada sebulan.." jawabku gugup. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, ada pesan masuk lagi.

Aku sedang break syuting
mungkin setelah ini aku akan makan.
Jam berapa kamu pulang?

Seung Hyun, seperti biasa jadwalnya nampak padat. Aku membalas pesannya.

Setelah makan mungkin kami akan pulang
ini hari ulang  tahunku, aku lupa sama sekali
dan Alan mengingatkannya tadi

Pesan sudah ku kirim ke Seung Hyun.
"Dari T.O.P ya?" tanya Alan.
"Iya.." kuanggukkan kepalaku sembari memasukkan handphone kembali kedalam tas.
"Bagaimana menurutmu tentang dia?"
"Orangnya baik, tapi aku belum bisa memberikan jawaban lebih jauh.. kami baru berkenalan sebulan dan bertemu 3 atau 4 kali saja.."
"Oh.. baiklah.." jawabnya.
Pesanan kami akhirnya datang, kami makan sambil bercerita ringgan tentang kejadian-kejadian selama setahun belakangan selama kita tidak bertemu. Seung Hyun belum juga membalas pesanku, sepertinya ia kembali sibuk menjalankan aktifitasnya.

"Maaf ya aku tinggal sebentar.." Alan bangkit dari kursinya dan mengeluarkan handphone, setelah berjalan agak jauh ia nampaknya mulai menelpon. Siapa yang ditelponnya kira-kira?
Beberapa menit berlalu, Alan masih menelpon. Aku melayangkan pandanganku ke sekeliling tempat makan itu. Mataku tertumbuk pada satu poster yang dipasang tak jauh dari tempatku duduk.
Sebuah iklan handphone yang menampilkan seorang pria dengan jas putih dan ornamen bunga besar warna warni di bagian dada, sedang memegang handphone.
Dan aku tersadar bahwa pria itu adalah Seung Hyun! Ku tatap lekat-lekat poster itu, pandangan matanya yang tajam seperti menusuk di hatiku, alisnya yang tebal membentuk garis tegas. Dan bibirnya tersungging senyum simpul..
Bibir yang tipis berwarna merah jambu itu beberapa waktu lalu selalu menjadi fantasiku, dan baru semalam tadi letaknya begitu dekat denganku, tepat dihadapanku.

Source : http://seoulbeats.com/
Sebelum imajinasiku menjadi liar kembali, cepat-cepat kugelengkan kepalaku dan melihat kearah lain. Aku menatap kembali ke arah Alan yang nampaknya sudah selesai menelepon dan berjalan kembali kearahku. Setahun sudah berlalu, Alan banyak berubah, nampaknya sekarang badannya jadi lebih berisi. Dibalik jaket abu-abunya aku bisa melihat lekukan otot lengannya saat ia menekuk tangannya.

"Kamu sudah selesai? Kita ke taman bermain yuk!" ujar Alan begitu sampai di meja kami.
"Iya aku sudah selesai, yuk berangkat!"
Alan membawakan kantong belanjaan buku ku dan kami berjalan kembali menuju lift dan langsung ke tempat parkir.

"Jadi.. apa setahun ini kamu sudah punya pacar?" tanya Alan tiba-tiba.
"Eh? be..belum ada, aku  terlalu sibuk bekerja." aku buru-buru menyalakan radio.
"Oh Syukurlah.."
"Eh? apa?" tanyaku.
"Nggak kok.." dan Alan kembali berkonsentrasi pada jalan.
Setelah berkendara sekitar 45 menit, kami sampai di depan gerbang masuk ke taman bermain. Alan mencari tempat untuk memarkir mobil.

Setelah membeli tiket masuk, kami mulai mencari-cari arena permainan yang akan kami naiki. Sebagai awal, aku memilih untuk naik karosel kuda-kudaan yang berjalan memutar. Alan tidak ikut naik, ia berdiri di luar pagar pengaman sambil sesekali melambaikan tangan kearahku saat kudaku memutar di depannya.

Setelah selesai, kami memilih untuk naik roller coaster. Kami duduk berdampingan. Kereta pengangkut kami mulai berjalan, menaiki tanjakan pertama yang kukira-kira tingginya sampai 5 meter. Adrenalinku terasa terpacu, aku sudah tidak sabar merasakan saat kereta ini meluncur dengan keceptan tinggi melalui rel yang dibentuk sedemikian rupa dengan 2 lingkaran besar. Tangan Alan menggenggam tanganku erat. Aku menoleh kearahnya, ia sedang memejamkan matanya sambil menunduk, kurasa ia sedikit agak takut.

Ku genggam tangannya dan dengan tanganku yang satunya aku menepuk pelan dadanya.
"Tenang saja, sabuk pengaman ini kuat kok.." ujarku mencoba menegarkan Alan. Ia cuma mengangguk sambil tetap menutup mata. Perlahan tapi pasti, kereta tersebut akhirnya mendekati puncak dan siap untuk meluncur. Begitu kereta berjalan cepat kearah bawah bak menghujam bumi, genggaman Alan di tanganku semakin kencang. Ia sama sekali tidak membuka matanya, tidak pula berteriak seperti aku dan para penumpang yang lain. Badan kami terguncang ke kiri dan ke kanan mengikuti laju kereta yang berjalan riatas rel. Genggaman Alan semakin erat.

Akhirnya selesai sudah perjalanan kereta roller coaster ini, kami kembali ke tempat awal pemberangkatan.
"Hei.. kamu baik-baik saja?" aku menanyakan Alan yang perlahan mulai membuka matanya. Ia menghela nafas.
"Syukurlah, ku pikir aku akan pingsan.. Akan sangat memalukan.." ujarnya sambil perlahan turun dari kereta.
"Bukan memalukannya yang aku pikirkan, tapi kamu bakal ngerepotin aku.." ku dorong pelan punggungnya. Namun nampaknya kaki Alan belum memiliki kekuatan sepenuhnya, pijakannya kurang kuat sehingga doronganku berakibat badannya jadi limbung kedepan dan siap untuk jatuh. Dengan cepat aku menyadari kesalahanku, aku menghadang badannya dari depan mencoba untuk menahan tubuhnya agar dia tidak jatuh, namun tentu saja karena badan Alan lebih besar daripada badanku, yang terjadi adalah aku ikut terdorong dan akhirnya Alan jatuh menimpaku.

Badannya ada diatas badanku dan wajah kami belum pernah sedekat ini.
"Ma..maaf..!" ujar Alan dan dengan cepat ia bangkit, lalu mengulurkan tangannya untuk membantuku bangun. "Maaf.." ia kembali meminta maaf. Aku menjawab dengan anggukan karena aku sendiri juga masih terguncang. "Se..sebaiknya kita pulang sekarang.." lanjut Alan.

Ia memaksakan dirinya untuk berjalan namun langkahnya masih limbung, aku berjalan dibelakangnya, tak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya aku ingin membantunya berjalan, namun aku tak mau mengambil resiko bahwa kejadian tadi tentu akan berulang.
"Kamu nggak papa?" tanyaku begitu kami sampai di tempat parkir. "Mukamu masih terlihat pucat, apa sebaiknya kita ke klinik saja?" lanjutku.
"Tidak, aku hanya butuh tidur sebentarm kamu nggak jeberatan kan kalau kamu yang menyetir pulang?"
"Tentu tidak, sini mana kuncinya.."
Alan menyerahkan kunci kepadaku. Kami mulai jalan untuk pulang kembali ke apartemen.

Sepanjang jalan kami berdua hanya diam. Aku baru akan menyalakan radio untuk membunuh rasa sepi diantara kami, tapi kemudian saat aku melirik Alan yang ada di kursi penumpang disebelahku, ternyata ia tertidur. Aku meminggirkan mobil sebentar lalu mencoba untuk menurunkan sandaran kursi Alan supaya ia agak nyaman, namun rupanya Alan malah terbangun.
"Sandaran kursimu sebaiknya diturunkan saja, tidurlah lagi, perjalanan masih lumayan panjang.." jelasku. Alan mengangguk dan menurunkan sandarannya lalu kembali tertidur.

Aku melanjutkan perjalanan, sekarang sudah jam 7 malam. Perjalanan masih 30 menit lagi. AKu tidak jadi menyalakan radio karena aku khawatir Alan akan terganggu. Kami akhirnya sampai, aku memarkirkan kembali mobil Jae-Hwa di tempatnya, setelah mematikan mesin aku lalu membangunkan Alan.

"Kita sudah sampai, kau bisa bangun?" tanyaku.
"Iya, bisa.." jawab Alan sambil beringsut untuk bangun. Aku membukakan pintu mobil untuknya dari luar. Nampaknya ia benar-benar sakit.
"Apa perlu aku menelpon Jae-Hwa dan menyuruhnya kesini?"
"Ja.. jangan! Aku bisa berjalan sendiri!" tolaknya tegas.
"O..oke.."

Kami sampai di depan flatku.
Setelah memasukkan kartu kunciku untuk membuka pintu, aku menyalakan lampu.

"SURPRISEEEE!!!!"
Jae-Hwa muncul di hadapanku sambil menyalakan party cracker mini keatas kepalaku. Aku sangat terkejut, belum selesai keterkejutanku, Ada Geun Suk yang datang dari arah dapur dengan membawa sebuah Tart besar dengan buah-buahan sebagai hiasannya. Ia menyalakan lilin diatasnya.
"Ayo make a wish!" ujar Alan dibelakangku.
"Ta,,tapi.. bagaimana bisa??" aku masih kebingungan.
"Ini semua ide Alan.." Jawab Jae-Hwa.
"Ayo cepat tiup lilinnya.." Geun Suk terlihat tidak sabar.
"Ba..baik.."

Aku meniup lilin tersebut, namun sebelumnya aku sudah membuat sebuah permintaan. "Aku ingin selalu dikelilingi oleh orang-orang baik.." ujarku dalam hati.

Begitu aku meniup lilinnya, Jae-Hwa kembali menyalakan party cracker.
kami duduk berempat di ruang tamuku. Aku melihat Alan nampaknya ia sudah lebih baik. Aku mulai memotong-motong tart tersebut. Potongan pertama kuberikan pada Alan sebagai rasa terimakasihku atas hari ini, lalu potongan kedua kuberikan pada Jae-Hwa dan terakhir Geun Suk.

Kami berpesta, tertawa dan bergembira. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 dini hari, kami berempat sudah kelelahan dan memutuskan untuk beres-beres. Setelah itu mereka bertiga kemudian pamit untuk kembali ke flat Jae-Hwa dan tidur disana.
Setelah mengantarkan mereka bertiga ke depan dan menutup pintu, aku lalu ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka untuk persiapan tidur. Dan tiba-tiba terdengar suara bel pintuku berdering.

Apakah ada yang ketinggalan dari Jae-Hwa, Alan atau Geun Suk? pikirku

Aku membukakan pintu segera setelah mengelap mukaku dengan handuk.
"Ada yang ketinggalan??" tanyaku sambil membuka pintu. namun yang kutemukan di depanku bukannya ketiga orang tadi, melainkan seikat bunga mawar merah segar yang sedang dipegang oleh seseorang. Aku menegadahkan kepalaku untuk melihat siapa gerangan orang itu.
"Selamat ulang tahun.." suaranya berat dan sexy, itu suara Seung Hyun!
"Seung Hyun!" ujarku kaget. Ia tersenyum manis, oh lututku serasa meleleh dan seakan tak berpijak di lantai lagi melainkan terbang ke awang-awang. Ia menyerahkan seikat bunga itu kepadaku.
"Te..terimakasih.." aku berkata sambil malu-malu dan menunduk, aku tak sanggup menatap wajah gantengnya! Namun tiba-tiba tangannya membelai pipiku dan turun ke dagu lalu mengangkat wajahku. Tanpa aba-aba, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibir kami bertemu.

Bibir tipisnya yang selama ini ku kagumi, yang selama ini ku khayalkan, saat ini sedang memagut bibirku! Otakku berteriak! Bibirnya bergerak perlahan, tidak memaksa. Tangannya berada di pinggangku, membawa badanku semakin mendekat padanya. Aku merasa terbang keawang-awang, lututku lemas. Aku tak sempat menghitung berapa menit berlalu. Saat ia menjauhkan wajahnya yang aku tahu hanyalah aku merasa sangat lemas.

"Dengan begitu, kamu sudah menjadi milikku.." bisiknya di telingaku."Selamanya.." lanjutnya. Aku yang masih merasa terguncang tidak bisa mencerna kata-katanya, aku hanya mengangguk dengan kaku.

-------------------------------------------END OF PART 10--------------------------------------------

aaaaa...~~!! adegannya!! wakakka!!
*malu sendiri saya*

0 komentar:

Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss

Fanfic - Love Story Part 9

Title : Love Story Part 9
Chapter : 9/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy, Choi Seung Hyun
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 9. 

Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI

BONUS SCENE  1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________

Aku membuka mata. Aku sedang tidur di sebuah ranjang.
Aku mencoba menggerakkan badanku namun tidak bisa. Hanya mataku yang bisa melihat-lihat sekeliling. Aku ada di sebuah kamar bercat krem, tapi ini bukan kamarku, ini juga bukan kamar di kabinku. Dimana aku?

Masih berusaha menggerakkan badanku namun tak ada gunanya, seluruh anggota tubuhku kaku. Dengan panik aku melihat sekeliling dengan gerakan mataku yang terbatas. Aku ada di atas ranjang berbantal pink dengan bedcover motiv zebra membungkusku. Disampingku ada kabinet berwarna putih dengan cermin kecil diatasnya.

Tiba-tiba kepalaku terasa sakit seakan-akan ditarik paksa untuk lepas dari badanku, nafasku sesak, aku mencoba mengambil nafas panjang namun tak ada sedikit pun udara yang masuk ke paru-paruku. Ditengah rasa sesak itu, aku memejamkan mata dan aku merasakan sedikit demi sedikit aku bisa bernafas lega, dengan segera aku membuka mata dan tersentak. Aku bangun dan terduduk, masih dengan nafas terengah-engah aku memandang sekitarku. Aku sedang ada di kabinku, diatas ranjangku.

"He..hei, ada apa?" tanya Jae-Hwa dengan nada khawatir, ia ikut terbangun di sebelahku, nampaknya lagi-lagi ia memindahkanku dari sofa ke ranjang.
"Ti..tidak apa-apa.." jawabku masih terengah-engah.
"Benarkah?" ia menatapku dengan perasaan khawatir.
"Cuma mimpi buruk.." aku masih terguncang, beberapa tetes keringat dingin jatuh dari keningku.

Jae-Hwa beranjak bangkit dan mengambil air mineral dari dalam kulkas. Ia kembali dan duduk di sampingku. "Nih, minum dulu.." ujarnya sambil menyerahkan botol air mineral kepadaku. Aku meminumnya dengan cepat, karena kurang hati-hati aku tercekat dan akhirnya terbatuk-batuk. Jae-Hwa memukul-mukul punggungku dengan lembut.

"Terimakasih.." ujarku.
"Memangnya kamu mimpi apa?"
"Aku juga nggak yakin.." aku menyeka keringat dari keningku. "Jam berapa ini?" tanyaku.
"Baru jam 2 dini hari. Aku baru saja memindahkanmu belum ada 10 menit.."
"Apa Geun Suk sudah kembali?" aku mencoba mengatur nafasku
"Sampai saat ini ia belum membalas pesanku, mungkin ia sudah langsung kembali ke kamar. Kalau begitu aku akan kembali ke kabinku.." ujarnya sambil beranjak bangkit.
"Jangan!" aku meraih tangannya. "Tinggalah disini, setidaknya untuk saat ini, aku masih merasa shock.."
"Oh..baiklah.." ia kembali duduk di dekatku di pinggir ranjang. "Cobalah untuk tidur lagi.."
Aku berbaring kembali di ranjang dan mencoba untuk tidur seperti yang disarankan oleh Jae-Hwa. Perlahan aku menutup mataku dan kesadaranpun mulai hilang.

Keesokan harinya..
Sekali lagi aku terbangun. Aku membuka mataku pelan-pelan, masih trauma dengan kejadian sebelumnya. Aku memicingkan mataku, melihat kabinet di dekatku. Ternyata itu kabinet kamar di kabinku. Aku menggerakkan kaki dan tanganku pelan-pelan, ternyata bisa bergerak! Ini bukan kejadian seperti tadi!

Aku duduk diranjang dan melihat sekeliling. Jae-Hwa tidak ada. Mungkin dia sudah kembali ke kamarnya, pikirku. Setelah mengucek-ngucek mata sebentar, aku berjalan ke kamar mandi. Selama mandi, aku masih memikirkan tentang kejadian tadi, apakah itu mimpi? tapi kenapa rasanya begitu nyata? lagipula, itu tadi dikamar siapa? tempat itu tampaknya asing bagiku.

Aku mendengar ketukan di pintuku saat sedang mengeringkan rambut. Aku membukanya, ternyata itu Geun Suk. Ia berdiri di depan pintuku dengan wajah lusuh, sepertinya capek sekali.
"Ooh......" ia masuk kedalam kabinku dan mendorongku kesamping pintu lalu berjalan ke ranjangku dan menghempaskan tubuhnya disana. "Aku capek sekali.." Ujarnya sambil berguling-guling.
"Kenapa?" tanyaku keheranan.
"Semalaman aku bermain poker bersama hyung-hyungku.."
"Maksudmu Hyung-mu dari Bigbang?"
"Iya.." jawab Geun Suk dengan malas-malasan.
"Tapi.. Seung Hyun bilang dia ke Seoul.."
"Oh iya, TOP-hyung dan Jiyong-sshi memang kembali ke Seoul, aku bermain bersama Daesung-hyung, Taeyang-hyung dan Seungri-sshi."

Jiyong? Siapa sih? Kemarin juga yang menelpon Seung Hyun dia kan?

"Aku nggak melihat Jae-Hwa, kemana dia?" lanjut Geun Suk bertanya sambil terus berguling-gulung kekiri dan kekanan di atas ranjangku.
"Aku juga nggak melihatnya dari aku bangun tadi.."
"Kuharap ia nggak marah karena pesannya nggak kubalas.." ujarnya. "Aku tidur disini ya! Kunci kabinku entah terselip dimana." tambahnya dan ia segera tidur. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

Handphoneku berbunyi, ada pesan masuk. Aku meraih dan membuka isi pesannya.

Maaf aku ada rapat penting.
See you later.

Wah rupanya dari Jae-Hwa. Aku sudah akan mengetik pesan balasan, namun tiba-tiba ada panggilan masuk, nama Seung Hyun tertera di layar handphone-ku, segera ku geser lambang penerima berwarna hijau.

"Yoboseo.." suara di seberang sana menyapa.
"Yoboseo, Seung Hyun-ah"
"Kamu sedang apa?"
"Baru selesai mandi.." jawabku.
"Jam segini??" ia terdengar kaget. Aku melihat jam dinding ternyata sudah jam 11 siang.
"Jangan kaget begitu, aku jadi malu.." aku menahan rasa maluku.
"Nggak kok, maksudku bukan begitu, aku hanya kaget saja ternyata bukan hanya aku yang mandi jam segini.."
"Aku juga kalo nggak karena mimpi buruk semalam bakalan bangun pagi dan lari-lari kok.. Aku kan bukan pemalas," sanggahku.
"Iya.. Iya aku tahu.." ujarnya sambil sedikit dengan nada bercanda "Kamu mimpi apa?" lanjutnya.
"Ah nggak penting kok, cuma bunga tidur.."
"Kamu masih di Jeju?"
"Tentu saja, kan baru 3 hari.."
"Enak ya, aku sebetulnya masih ingin liburan seperti yang lainnya, tapi aku dan Jiyong harus kembali duluan."

Jiyong lagi... Pikirku.

"Apa kamu sudah makan?" tanyaku.
"Belum, apa kamu mau makan bersamaku?"
"Ha! mana mungkin bisa, kamu kan di sana, aku disini.."
"Benar juga.." lalu ia terdiam.
"Hei.. kamu nggak tidur lagi kan? Nggak sopan banget masa sedang menelpon lalu kau tinggal tidur.."
"Hahaha.. yang tadi malam ya? Mian.. aku terlalu letih, sesampainya di Seoul harus ke radio untuk promosi, lalu ke stasiun televisi juga.. Tapi yang penting aku menepati janjiku kan untuk menelpon, karena sangat tidak Gentle jika mengingkari janji walaupun hal sepele.."

"Kenapa kelihatannya kamu selalu ingin menunjukkan bahwa kamu ini sosok pria yang gentle?"
"Karena aku baca di buku, wanita kebanyakan suka dengan pria-pria gentle.."
"Memangnya menurutmu aku sama seperti wanita kebanyakan??" tanyaku dengan nada agak meninggi.
"Mianhae..Mian, bukan begitu maksudku, tapi..."

Kata-katanya terputus.
"Yoboseo??" aku mencoba memanggilnya, lalu kulihat layar handphoneku, ternyata mati!
Oh aku baru ingat, sejak kemarin siang aku belum menge-charge baterainya!
Na Oetteokhae..Bagaimana ini??

Aku mulai mencari-cari charger di tasku, setelah mencari sekitar 10 menit, aku menemukannya terselip di pinggir tas. Segera ku charge dan kunyalakan. Sembari menunggu handphoneku starting up, aku menelpon layanan room service untuk membawakanku makan, aku sudah sangat lapar!
Akhirnya starting up selesai, aku cepat-cepat mengirimkan pesan ke Seung Hyun.

Maaf, baterai handphoneku habis
akan ku charge dulu

Langsung saja pesan itu kukirimkan. Dengan hati berdebar aku menunggu balasan darinya. Tak perlu lama, tanda nada pesan masuk berbunyi dan segera kubuka.

Syukurlah, ku pikir kamu marah.
Baiklah silakan dicharge.
have a nice day

Setelah itu setiap malam dia selalu menelponku, waktunya tidak tentu tergantung dari kesibukan jadwalnya. Aku tak pernah menelponnya terlebih dahulu karena aku khawatir akan mengganggu kerjanya. Dia menelpon untuk menceritakan kepadaku apa yang dialaminya seharian itu, ia bercerita tentang makanan yang ia makan, tentang rekannya di 2NE1, karena dia tahu aku menyukai lagu-lagu mereka, dan tentu saja tentang episode drama yang hari itu diputar. Tak terasa waktu liburan 2 minggu sudah selesai, saatnya untuk kami kembali ke Seoul.

Jae-Hwa hanya bisa menemaniku sepanjang minggu pertama karena minggu kedua dia sudah disibukkan dengan rapat-rapat penting para pemegang saham. Aku bisa memakluminya, ternyata itu sebabnya terkadang saat di Seoul dia tiba-tiba menghilang. Seharusnya ia tak perlu merahasiakan jati diri dan pekerjaannya kan?

Kami sedang bersaip pulang, Geun Suk membantu mengangkat koperku karena ia sudah ditugasi Jae-Hwa untuk membantu. Sepanjang perjalanan menuju bandara, rekan-rekanku tak henti-hentinya berterimakasih atas liburan ini.

"Aku yang harusnya berterimakasih, hal ini tidak sebanding dengan perjuangan kalian selama ini.." Ujarku. Dalam beberapa jam kami tiba di Seoul dan berpisah, masih ada waktu 3 hari lagi sebelum kembali aktif di kantor. masing-masing dari mereka sudah kembali. Aku masih menunggu Geun Suk yang sedang mengambil mobil di basement parkir bandara. Tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti dihadapanku. Kaca mobil dari bagian penumpang perlahan turun dan sebuah wajah muncul dari baliknya.

"Yo!"
"Seung Hyun-ah!" aku terkejut, ternyata orang di dalam mobil itu adalah Seung Hyun.
"Cepat masuk!" ujarnya.
"Ta..tapi aku sedang menunggu Geun Suk.."
"Nanti aku yang menghubunginya, cepat masuk sebelum terlihat fans!" supirnya dengan sigap membukakan pintu untukku dan memasukkan koperku ke bagasi lalu kami melaju pergi.
Kulihat ia sibuk mengetik pesan di Handphonenya. "Nih aku sudah bilang ke Geun Suk kalau aku menjemputmu.." ia menunjukkan sebuah pesan terkirim ke nomor Geun Suk.
"Kita mau kemana?"
"Tentu saja ke apartemenmu.."
"Eeeeh????"
"Kenapa? Kamu terlihat kecewa, apa mau dinner dulu?" ia bertanya sambil menatapku. Oh matanya yang tajam serasa menusuk.
"Nggak, tadi sudah makan.."
"Baiklah, tunjukkan jalannya.." lalu aku memberikan instruksi kepada supirnya untuk menuju ke apartemenku.

Handphone Seung Hyun berbunyi.
"Yoboseo! Oh Jiyong-ah.. Aku mungkin pulang agak malam ya, ada urusan sedikit.. iya.. iya.. aku tahu.. iya.. iya..baiklah, kututup telponnya, bye!"

Ingin sekali rasanya aku menguping pembicaraan itu setelah Seung Hyun menyebutkan nama itu. Jiyong.. Siapa sih. Tapi rasanya nggak pantas jika aku bertanya-tanya.

"Baiklah kita sampai, ini gedung apartemenku.."
"Mari ke flatmu." ujarnya singkat lalu dengan sigap ia membuka pintu mobil, menungguku keluar lalu menarik tanganku masuk ke dalam gedung. Nampaknya ia sudah sangat terlatih untuk menghindari media dan fans. Geun Suk perlu belajar dari dia nih. pikirku.
"Ta..tapi koperku?"
"Nanti supirku yang membawanya" kami berdua buru-buru masuk kedalam gedung. Seung Hyun berhenti sebentar dan melihat sekeliling. "Wah, ternyata tempat ini lumayan sepi juga ya!" ujarnya.
"Tentu saja, makanya Geun Suk ikut pindah kemari, flatnya ada di lantai yang sama denganku, fans tidak ada  yang tahu kepindahannya kemari." aku menjelaskan, Seung Hyun hanya mengangguk-angguk sambil tetap melihat-lihat keadaan.

Kami sampai di depan flatku. Setelah membuka pintunya, aku mempersilakan Seung Hyun masuk.
"Flatnya lumayan luas ya!" ia kelihatannya sangat tertarik, lalu membuka korden dan jendela. "pemandangan dari sini juga bagus!"
"Yah, begitulah, aku beruntung Jae-Hwa mendapatkan flat ini.." aku menyerahkan sebotol juice kepada Seung Hyun.
"Jae-Hwa itu kayanya suka padamu.." ujar Seung Hyun tiba-tiba, aku yang pada saat itu sedang meminum juice jadi tersedak dan terbatuk-batuk.
"Ah mana mungkin..  Kami adalah sahabat.." aku menjawab sambil terbatuk. Seung Hyun mendekat dan menepuk-nepuk punggungku.
"Kamu ini sering sekali tersedak, nanti bisa cepat mati.." protesnya, lalu ia membuka kulkasku dan mengambil air mineral. "Nih, minum air mineral saja.."

Aku duduk di sofa dan meminum air yang diambilkan oleh Seung Hyun. Ia masih berkeliling flatku dan sambil sesekali takjub atas apa yang ditemukannya. Misalnya saat ia ke kamar mandiku dan menemukan beberapa mainan apung berbentuk bebek yang kususun rapi di buffet, ia menjadi sangat hiseris. Begitu pula saat ia masuk ke kamarku. Disana juga terpampang beberapa mainan koleksi yang sengaja ku kumpulkan selama aku ada di Korea.

Mainan-mainan koleksi berbentuk beruang kecil-kecil dengan berbagai pose serta jenis profesi itu ku susun rapi dengan background latar kota yang kubuat dengan menggunakan Lego. "Woaah! koleksimu bagus-bagus! lihat yang ini, dia adalah suster! wah! lihat yang ini juga! seorang pilot!" begitulah komentarnya sembari memegang-megang beruang-beruang kecil itu. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang kekanak-kanakan.

"Kamu tau, aku juga mengoleksi mainan, mungkin suatu saat akan kutunjukkan!" Ujarnya bersemangat dengan senyum berseri-seri. Seung Hyun, wajahnya memang tidak lebih tampan daripada Jae-Hwa atau Geun Suk, tapi dia terlihat sangat manly. Garis rahangnya yang tegas itu kurasa sangat sexy! bibirnya tipis, matanya tajam bagai elang. Saat ini ia memakai sweater berwarna hitam dan jeans biru, dadanya terlihat bidang. Mataku masih saja mengawasinya ketika tanpa aku sadari ia juga sedang memandang ke arahku.

"Lagi-lagi kamu melamun.." ujarnya. Aku yang kepergok begitu langsung membuang muka dan melihat kearah lain, namun tiba-tiba ia meletakkan tangannya di kedua pipiku dan membawa wajahku untuk kembali menatap padanya. "Jangan melihat kearah lain, lihat aku saja!" matanya memandang tajam kearahku, alisnya yang tebal membentuk garis tegas. Dengan tangannya masih ada di pipiku, ia perlahan menariknya, membawa wajahku mendekat kearah wajahnya. Pikiranku berkata untuk melepaskan diri darinya, namun badanku tidak mau diajak bekerja sama.Wajahku dan wajahnya semakin mendekat perlahan, tangannya yang tadi berada di pipiku, salah satunya telah berpindah ke leherku, membwa tubuhku semakin dekat.

Namun tiba-tiba suara bel pintuku menyadarkan kami dari atmosfer penuh feromon cinta. Aku menarik lepas tangan Seung Hyun dari badanku dan pergi ke depan untuk membukakan pintu. "iyaa.. siapaa?" aku bertanya namun tidak ada jawaban. Aku membuka pintu, dan melihat sesosok orang yang sangat ku kenal.

"Alan!!" aku memanggil namanya.
"Cindy!" ia lalu memelukku erat. "Oh aku kangen sekali!"
"He..hei! sesak napas nih!" aku berusaha melepaskan pelukannya. "Mari masuk dulu.." lalu ia mengangkat koper nya dan membawanya masuk ke flatku. Saat sedang menuju ruang tamu, ia bertatap mata dengan Seung Hyun yang kala itu sedang ada di kamarku masih bermain dengan koleksi mainan-mainanku. Namun Seung Hyun hanya melengos sinis dan kembali memainkan beruang-beruang itu.
Alan memandang ke arahku dan berdehem, suasana diantara kami jadi sedikit canggung.
"Silakan duduk.." ujarku sambil mencarikan kaleng juice di kulkas dan memberikannya pada Alan. "Kenapa datangnya tiba-tiba?" aku bertanya padanya.
"Tadinya aku ingin memberikan kejutan, tapi saat aku ke tempat Jae-Hwa rupanya dia tidak ada, dan kebetulan aku ingat dia pernah bilang kalau flatmu disebelahnya, jadi aku kesini saja.." jawabnya.

Aku melihat Seung Hyun yang sedikit mengintip dan menguping pembicaraan kami, namun tentu saja ia tidak mengerti karena aku memakai bahasa negaraku dengan Alan.
"Kenapa dia bisa ada disini? dia TOP dari Bigbang kan?" tanya alan sambil mengisyaratkan pandangannya ke arah Seung Hyun yang aku rasa sedang berpura-pura masih bermain, namun tentu saja mendengar namanya disebut telinganya pasti akan dipertajam untuk menguping.
"Kamu tau?" tanyaku
"Tentu saja, rata-rata murid di tempat lesku nge-fans dengannya."
"Dia sahabatku, kami bertemu saat sedang di Pulau Jeju, ah dan Jae-Hwa masih ada di sana ia sedang ada rapat pemegang saham.. Tau nggak? Jae-Hwa itu bos besar lho!" Aku bercerita panjang lebar.
"Ah yang benar? aku nggak tau, sumpah! Wah ternyata orang seperti dia itu bos ya? haha" kami berdua tertawa terbahak-bahak.

"Ehem!" Seung Hyun tanpa kami sadari sudah berdiri di dekat kami. "Dia siapa?" tanyanya kepadaku dalam bahasa Korea.
"Aku Alan. Senang berkenalan denganmu." Alan memperkenalkan dirinya dengan bahasa Korea juga dan mengulurkan tangannya ke Seung Hyun.
"Oh.." Seung Hyun menyambut tangan Alan. "Dan kamu pasti sudah mengenalku kan?" ia meninggikan nada bicaranya, Alan hanya mengangguk.
Seung Hyun lalu duduk disebelahku, namun tidak diantara aku dan Alan, dan memegang tanganku. Nampaknya ia sedang menujukkan dominasinya terhadapku.
Alan berdehem, lalu dengan gerakan canggung ia minum juice yang kuberikan. Kami bertiga kemudian terdiam.
Suara bel dari pintuku menghentikan aura kecanggungan yang terjadi diantara kami, aku melepaskan genggaman tangan Seung Hyun lalu berjalan menuju pintu. Saat kubuka rupanya itu adalah Jae-Hwa.
Wah kebetulan apa ini, kenapa orang-orang ini selalu muncul disaat-saat yang sangat tepat? pikirku.

"Oh, Jae-Hwa, bukannya kamu masih di Jeju?"
"Aku baru saja sampai, ada siapa di dalam?"
"Seung Hyun dan Alan.."
"Alan??" lalu Jae-Hwa buru-buru masuk kedalam untuk bertemu dengan sahabatnya. "Hey my Bro!" Jae-Hwa bersorak kegirangan saat melihat Alan, mereka saling berpelukan layaknya sahabat yang sudah lama tidak bersua.

"Katanya kamu sedang di Jeju? aku tadi sudah ke flatmu tapi kosong.." ujar Alan.
"Iya ini aku baru saja sampai.."
lalu mereka mengobrol dengan santainya, seakan-akan tidak menyadari kehadiranku dan Seung Hyun.
Seung Hyun mendekat padaku, dia berdiri disampingku lalu melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku sangat terkejut!
Tiba-tiba percakapan antara Jae-Hwa dan Alan terhenti saat menyaksikan adegan itu. Mereka memandang tajam kearah Seung Hyun yang dibalas pula dengan tatapan ala elang miliknya. Suasana kembali menjadi canggung.

"wahh coba lihat sudah jam berapa ini, pantas saja aku mengantuk sekali.." lalu aku pura-pura menguap menandakan bahwa aku benar-benar capek. "mungkin sudah saatnya kalian kembali pulang.." lanjutku.
Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka ada yang mau mengalah untuk keluar dari pintu. Tangan Seung Hyun yang ada di pinggangku, ku tarik kearah pintu keluar, akus empat melihat senyum puas terbentuk di bibir Jae-Hwa lalu aku menarik tangannya juga "kamu juga pasti capek, sana kembali ke flatmu!"

"Eeeehhh,,,,!!!!!" Jae-Hwa yang sedang kuseret nampaknya juga memegang tangan Alan dan membawanya serta. Akhirnya mereka bertiga sudah keluar dari flatku.
"Akan kutelpon nanti.." ujar Seung Hyun lalu membelai pipiku dan mendaratkan kecupan di keningku yang membuat Jae-Hwa dan Alan terperangah. Aku merasakan wajahku memerah, dan mengangguk.
Mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Aku menutup pintu dan bersandar di dinding.

"Susah juga ternyata kalau punya banyak teman cowok.."
Aku merasa sangat capek, setelah mencuci muka dan membereskan ruang tamu, aku bersiap tidur.
"Tuhan, Semoga besok lebih baik dari pada hari ini.." doaku terucap sebelum mata kupejamkan.

-------------------------------------------END OF PART 9---------------------------------------------

PHOTO W KOREA MAGAZINE
Credit To : - PiNKHEART :"> @ Facebook

0 komentar:

Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss

Fanfic - Love Story Part 8

Title : Love Story Part 8
Chapter : 8/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy, Choi Seung Hyun
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 8. 

Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI

BONUS SCENE  1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________

Kami berjalan kaki menuju ke restoran di resort ini. Cuacanya tidak terlalu panas meskipun siang hari, itu mungkin karena angin yang bertiup juga cukup kencang dan membawa rasa sejuk dari laut. Setelah sampai, kami memilih tempat duduk yang ada di dekat jendela. Aku duduk di dekat jendela, disebelahku duduk Jae-Hwa dan Geun Suk duduk di seberang kami.

Setelah memilih-milih makanan yang ada di menu, kami menunggu masakan jadi sambil mengobrol-ngobrol. Sesekali aku melihat keluar jendela, pemandanganya sangat indah, ada taman dengan rerumputan hijau disebrang sana. Saat makanan pesanan datang, langsung saja kami mulai makan.

Saat sedang asyik makan, tiba-tiba saja Geun Suk berdiri.
"Maaf, rasanya aku melihat Hyung ku, aku keluar dulu sebentar ya.." Ujarnya sambil berjalan menuju pintu keluar. Aku dan Jae-Hwa melanjutkan makan kami. Tak seberapa lama, ia kembali dengan diikuti 5 orang dibelakangnya.
"Jae-Hwa, Cindy, perkenalkan, mereka ini hyung ku..mereka adalah BigBang!" Ujar Geun Suk begitu ia sampai di meja kami. Aku melihat kearah mereka.
"Ini GD, G-Dragon nama nya.." Ia menunjuk ke cowok berambut pirang, tidak terlalu tinggi.
"Hi.!" sapa nya dan mengulurkan tangan kearahku dan Jae-Hwa. Kelihatannya ia orang yang sangat ceria sekali.
"Dan ini Taeyang.." Geun Suk menunjuk ke arah cowok dengan rambut hitam bermodel mohawk. Ia hanya tersenyum, sampai matanya menyipit.
"Dia Daesung.." Tunjuk Geun Suk ke seorang cowok dengan wajah yang terlihat tengil.
"Senang berkenalan denganmu!" Ujarnya sambil mengangkat tangannya.
"Ini Seungri" Geun Suk menunjuk kearah cowok dengan muka imut, ia tersenyum ceria.
"dan yang disana itu.." tunjuk Geun Suk kearah seorang cowok yang berdiri agak jauh dari kerumunan kami. "Namanya TOP." Lanjut Geun Suk. Aku memandang kearah yang ditunjukknya. Seketika itu juga aku kaget! ternyata dia Seung Hyun!

Ia berjalan mendekat. Aku masih kaget dan ternganga.
"Halo. Dunia ini sempit ya!" Ujarnya sambil tersenyum. Oh aku merindukan suaranya yang berat itu. Aku menjawabnya dengan anggukan dan senyum kikuk.
"Oh! Hyung sudah kenal Cindy?" Tanya Geun Suk kaget.
"Tentu saja, kami bertemu pagi tadi.." Jawabnya sambil memadangku lekat-lekat. Karena gugup aku meminum jus ku cepat-cepat dan tersedak. Aku terbatuk-batuk.
"Maaf permisi sebentar." Seung Hyun berkata kepada Jae-Hwa supaya ia berdiri dan lalu duduk di sebelahku sambil menyerahkan botol air mineral yang rupanya sedari tadi dibawa olehnya. "Nih diminum, pelan-pelan.." Katanya kepadaku. Sesuai instruksinya, kuminum air mineral itu berlahan sampai akhirnya tenggorokanku kembali normal.
"Te..terimakasih.." Ujarku padanya.
"Apa kalian sudah selesai? Aku ingin mengajak Cindy keluar" Seung Hyun bertanya pada Jae-Hwa.
"Si..silakan." Jawabnya dengan sedikit kikuk.
"Yuk!" Seung Hyun meraih tanganku dan menarikku keluar dari kafe. Gerakannya tegas dan lugas tapi terlihat sangat hati-hati, sepertinya ia tak ingin menyakiti pergelangan tanganku.

Sesampainya diluar, ia melepaskan tanganku.
"Bagaimana tenggorokanmu? sudah baikan?" Tanyanya.
"Iya, terimakasih ya, nanti airmu ku ganti.." Jawabku
"Ah, jangan, akan sangat memalukan jika perempuan membelikanmu barang-barang, walaupun cuma air mineral.. rasanya tidak Gentle." Ia menyisir rambutnya dengan jari-jarinya yang panjang. "Airnya masih ada?" Ujarnya.
"Masih.."Aku mengangkat botol air mineral yang sedaritadi kubawa. Ia meraihnya dan meminumnya sampai habis. Aku hanya bisa melongo.
"Nah, dengan begini tidak ada yang bisa minum bekas bibirmu." Ia lalu membuang botol tersebut di bak sampah. Aku masih melongo, masih mencerna kata-katanya barusan. "Kau mau berjalan-jalan?"
Aku mengangguk.

Kami berjalan di pinggir pantai. Anginnya cukup keras, beberapa kali aku serasa ikut terbawa terbang dan berjalan dengan limbung, Seung Hyun selalu membantuku menyeimbangkan diri.
"Kamu apanya Geun Suk?" Ia bertanya.
"Oh aku asistennya.."
"Pasti susah ya menjadi asistenya.." Seung Hyun tertawa geli.
"Haha,,begitulah, apa lagi jika ada kegiatan pagi, sangat susah membangunkannya." Kamu berdua tertawa. Handphoneku berbunyi tanda ada pesan masuk.

Kamu dimana?

Rupanya dari Jae-Hwa. Langsung ku balas.

Aku berjalan-jalan di pinggir pantai bersama TOP.
Ada apa?

"Dari siapa?" Tanya Seung Hyun
"Jae-Hwa, dia tanya aku sedang dimana.."
"Jae-Hwa itu siapa? Maksudku, apa hubungannya denganmu?"
"Oh, dia teman dari temannya kakakku, susah menjelaskannya.."
"Ceritakan saja, aku senang mendengarmu bercerita.." Seung Hyun duduk di pasir pantai dan menarikku juga untuk duduk di sebelahnya. Lagi-lagi handphoneku berbunyi.

Cuma penasaran saja.
Hati-hati ya..

"Jae-Hwa lagi?" Seung Hyun bertanya. Kujawab dengan anggukan. "Seharusnya ia tak perlu kuatir, apakah mukaku terlihat seperti orang jahat?" Seung Hyun mengubah mimik mukanya menjadi sok serius.
"Sejujurnya sih... iya." Jawabku dan tertawa. Seung Hyun menggembungkan pipinya nampaknya tanda bahwa ia sedang sebal. Aku makin tertawa melihat tingkahnya, sangat lucu!
Ku letakkan kedua tanganku di pipinya lalu menekannya. Kami berhenti pada posisi itu..
Ia menatapku, akupun sedang melihat kepadanya.
"Ah, eh maaf.." Ujarku cepat-cepat menurunkan tanganku dari pipinya. Ia berdehem.
"Jadi, bagaimana ceritanya?" Ujarnya setelah beberapa saat kami sempat salah tingkah.
"Aku punya seorang kakak laki-laki, namanya Ethan, Ia punya teman akrab namanya Alan, nah Jae-Hwa adalah sahabat Alan, jadi selama aku di Korea, aku adalah tanggung jawab Jae-Hwa.."
"Hmm..begitu. Syukurlah." Seung Hyun menghela nafas.
"Memangnya kenapa?"
"Aku pikir dia pacarmu, aku jadi merasa sudah menculik pacar orang dan itu sangat tidak gentle.." lagi-lagi ia menyisir rambutnya dengan tangan. Tiba-tiba handphonenya berbunyi. "Maaf sebentar ya.." Ujarnya dan berdiri lalu pergi agak jauh "Yoboseo.. ada apa Jiyong-ah?" hanya itu yang dapat ku dengar, suara angin menghalangi telingaku untuk menguping lebih jauh. Akhirnya Seung Hyun kembali berjalan kearahku. "Mianhaeyo.. Aku harus kembali ke kabinku, kami sudah akan bersiap pulang, Jiyong baru saja menelponku.."

Jiyong? Siapa dia?..pikirku.

"Baiklah, tidak apa-apa,." Aku menjawab dengan tersenyum.
"Berapa nomor ponselmu? akan ku telpon begitu aku tiba di Seoul.." Ia mengulurkan tangannya membantuku bangun. Aku menyerahkan kartu namaku padanya, Sebagai seorang eksekutif aku selalu membawa kartu nama kemanapun aku pergi. "Terimakasih" Jawabnya. "Aku antar kau kembali ke kabinmu.." dan kami berjalan kearah kabin perusahaanku berada. Sepanjang perjalanan ia menggenggam tanganku, aku pun heran, mau-maunya bergandengan dengan orang yang bahkan aku baru mengenalnya tadi pagi. Sesampainya di depan gerbang, ia masih menggenggam tanganku.
"Baiklah, kamu sidah sampai, aku akan kembali ke kabinku sekarang.." Ia menghela nafas. "Aku akan menghubungimu."Tambahnya. Aku mengangguk.

Ia mengeratkan genggamannya, lalu menghela nafas sekali lagi dan ia berbalik pergi. Agak sedih rasanya, melihat punggungnya menjauh dari pandangan mataku. Aku berjalan masuk dan menuju ke kabinku. Aku melihat ke arah kabin Jae-Hwa dan Geun Suk, pintunya tertutup, begitu pula jendelanya. Nampaknya mereka belum pulang.

Ku buka pintu kabinku, lalu berjalan ke arah ranjang dan menghempaskan diriku diatasnya. Aku melirik jam di kabinet, ternyata sudah jam 5 sore. Aku berguling ke kanan dan ke kiri. Masih mencoba mengerti perasaan apa ini, saat aku melihat Seung Hyun berbalik dan pergi, rasanya hatiku perih. Tapi kenapa? Bukankan aku baru saja mengenalnya? Sebaiknya aku mandi dulu untuk mendinginkan kepalaku.

***

Selesai mandi, aku melihat sensor Handphoneku berkedip, tanda bahwa ada pesan dan telepon masuk. Setelah membuka kode penguncinya kulihat ternyata ada 3 pesan dan 5 panggilan tak terjawab. Aku membuka pesannya terlebih dahulu, ternyata dari Seung Hyun dan Jae-Hwa.

Kami akan berangkat sekarang,
nanti ku telpon boleh kan?

Pesan itu dari Seung Hyun, dan aku membuka 2 pesan berikutnya dari Jae-Hwa.

Kamu sudah kembali?

dan satu pesan lagi..

Kamu dimana? kenapa tidak membalas?

dan bisa ditebak bawah 5 panggilan tak terjawab adalah milik Jae-Hwa. benar saja, begitu ku buka laporannya ternyata memang benar panggilan darinya. Aku baru saja akan menelpon balik ketika pintuku diketukdengan tidak sabaran.

"Yaa!! tunggu sebentaar!" Aku berteriak menyahut.
"Cindy kamu didalam??" Ternyata Jae-Hwa.
"Iya! Sebentar aku bersiap dulu!!" Tentu saja aku nggak bisa keluar dengan begini, aku baru saja selesai mandi, badanku hanya berbalut handuk, mana bisa aku membuka pintu dengan keadaan seperti ini. Dengan secepat kilat aku berpakaian, handuk masih ku pakai untuk mengeringkan rambut dan aku membuka pintu.
"Maaf aku sedang mandi saat kamu mengirim pesan dan menelpon.." Ujarku padanya sesaat setelah aku membuka pintu.
"Oh syukurlah! kupikir kau kenapa-kenapa.." Ia langsung memelukku, sangat erat sampai aku berasa sesak. Namun harum parfumnya yang beraroma vanilla manis itu sedikit membuat tenang.
"A..aku baik-baik saja..ufff,,"Aku mencoba menjauhkan badannya dariku. "Kamu habis darimana?" Tanyaku mengalihkan.
"Aku berjalan-jalan di pertokoan, Geun Suk sedang bersama para Hyung-nya tadi.. Tapi Syukurlah kalau kamu nggak kenapa-kenapa.." Ia memandangku lekat-lekat. Aku jadi salah tingkah. "Kamu mau makan malam sekarang?" Tanya-nya.
"Sekarang?" Tanyaku.
"Kalau kamu mau.."
"Tapi Geun Suk masih pergi.."
"Jangan khawatirkan dia, dia kan sudah besar.."
"Tapi kamu menghawatirkanku.."Jawabku.
"Kan mau perempuan, wajar jika aku menghawatirkamnu..lagi pula aku.." Kata-katanya terhenti tiba.tiba. Ia berdehem. "Jadi bagaimana?"
"hmm..bolehlah, aku siap-siap dulu.."
"Oh nggak perlu, kita bisa makan disini." Cegah Jae-Hwa.
"Disini?"
"Iya, kita bisa pakai layanan room service, memang tidak masuk dalam pesanan paketmu tapi ini kan resort milikku, aku bisa ngapain aja.." Jawabnya sambil tersenyum manis.
"Whoaa.. jadi kau benar-benar pemiliknya ya.." Aku takjub.
"Kau masih tidak percaya??"
"haha.. bukan begitu, hanya saja, selama aku mengenalmu, kamu nggak pernah bercerita banyak tentang pekerjaanmu, sampai-sampai aku pernah  berfikir bahwa kamu itu gengster.." Jawabku.
"hmmm..." Jae-Hwa hanya menggumam.
"Mianhae,."
"Nggak papa kok, aku akan menghubungi room service.." Jae-Hwa masuk ke dalam dan meraih telepon yang ada di kabinet. Aku menutup pintu dan melanjutkan mengeringkan rambut lalu menyisirnya. Entah sudah berapa kali aku bilang bahwa aku bersyukur memiliki rambut pendek, karena sangat praktis..

Aku mengeringkan rambut sambil duduk di sofa, Jae-Hwa selesai menelpon dan duduk disebelahku.
Ia berdehem." Jadi, tadi kau kemana saja dengan TOP?" Tanyanya
"oh? Seung Hyun? kami cuma berjalan-jalan di sepanjang pantai.." Jawabku.
"Seung Hyun?"
"Iya. itu nama aslinya. TOP hanyalah nama panggung, ia mengenalkan diri padaku pertama kali dengan nama Seung Hyun, jadi agak susah bagiku untuk menyebutnya dengan TOP.."
"Oh..begitu ya.."
"Ada apa?" tanyaku
"Oh tidak.. jangan dipikirkan.." Ujarnya, lalu terdengar suara ketukan.
"Room Service.." Ujar orang tersebut.

"Ah ,makanan sudah datang.." Jae-Hwa membukakan pintu. Lalu masuklah 4 orang berseragam hotel membawakan 4 nampan besar. Mereka menatanya di meja. Aku sangat terkesima. Aku mendekati Jae-Hwa dan berbisik.
"Eh, apa ini tidak terlalu mewah? nanti kamu merugi loh.." Ia hanya membalas dengan senyum.
Aku melihat ada seorang perempuan diantara keempat orang tadi, aku memperhatikannya lekat-lekat.

"Kim Yoo Mi??" Aku menyapanya. Ia melihatku dan nampak kaget sama sepertiku.
"Cindy!!"
"Waaa...!!" Kami melonjak kegirangan dan saling berpelukan.
"Cindy-ah.. kamu kemana saja, aku mencoba menghubungimu tidak pernah nyambung.." Ujarnya kepadaku setelah kami melepaskan pelukan.
"Mian, aku sudah mengganti ponselku.."
"huu..jahat sekali sampai tidak memberi tahu aku.." Ia menoyor kepalaku pelan.
"Ehem!" Jae-Hwa bedehem.
"oops! Maaf,.." Ujarku. Sedangkan Yoo Mi membungkukkan badannya.
Jae-Hwa mengibaskan tangannya, memberikan isyarat kepada para pelayan untuk pergi. Mereka membungkukkan badan dan keluar dari kabinku.
"Ya! Yoo Mi-ya.. Tunggu sebentar.." Ujarku dan mengejar keluar. "Nih kartu namaku, hubungi aku ya.."
"waah nampaknya kamu sudah benar-benar jadi eksekutif ya sekarang, punya kartu nama segala.." Ujarnya. "Kalau Shift ku sudah selesai nanti ku hubungi ya! Bye!"

Yoo Mi pergi menjauh dan aku kembali ke kamarku. Jae-Hwa sudah menunggu, ia duduk di sofa sambil melipat tangannya di dada. Aku jadi tidak enak padanya.
"Kau kenal dengannya?"
"Iya,. dia kenalanku, aku bertemu dengannya setengah tahun yang lalu saat itu dia sedang diserang dua pemuda di gang kecil, aku pernah cerita kan?"
"Oh..makanya kau melemparkan handphone pemberianku itu sampai rusak?" Ia mengangguk tanda mengerti.
"Iya, sejak itu kami tidak pernah bertemu lagi, baru kali ini."
"Baiklah, mari kita makan saja.." Ujarnya sambil mengambilkanku piring. Malam itu kami makan berdua, sudah lama kami tidak seperti ini, karena pasti ada Geun Suk yang makan bersama kami.
Ya, akhirnya Geun Suk ikut pindah ke apartemen ku dan Jae-Hwa, alasannya agar lebih dekat dengan ku, asistennya.

Kami sudah selesai makan, aku menumpuk piring-piring kotornya agar mudah dibereskan oleh pelayan kamar, sedangkan Jae-Hwa tidur-tiduran di ranjangku.
"Apa nggak sebaiknya kamu kembali ke kabinmu?" Tanyaku.
"Nanti saja, aku akan kembali kalo Geun Suk sudah balas pesanku, nanti kalau aku kembali ke kamar duluan dia pasti menggodamu lagi.." Jawabnya.
"Hmm.. ya terserah deh.." Aku mengambil remote dan menyalakan televisi lalu duduk di sofa. Ada acara drama yang tidak boleh kulewatkan.
"Nonton apa sih? kelihatanya serius sekali.."
"Drama, judulnya Rooftop Prince.. Aku kan fans nya Yoochun.." Jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.
"Yoochun ya.."
"Stt..diam dulu aku sedang nonton.."

Aku sedang asyik menonton ketika handphoneku bunyi, Jaw-Hwa meraihnya karena kuletakkan di kabinet dekat ranjang. Ia melihat ke layarnya untuk melihat siapa yang menelpon.
"Nih, nggak ada nama displaynya, nomornya sepertinya belum kamu simpan.." Ujarnya sambil menyerahkan handphoneku kepadaku.

Ku geser tombol di layarnya untuk menerima telepon.
"Yoboseo..?"
"Cindy-ah! Aku sudah selesai shift nih.."
"Ah.. Yoo Mi-ya, kamu masih di lokasi resort?"
"Aku sudah mau pulang, kebetulan aku besok akan ke Seoul, aku sudah jadwalnya libur nih, dan ingin bertemu mamaku.."
"Yaah, padahal aku ingin ditemani oleh sesama perempuan, disini aku dikelilingi laki-laki.."
"Bukankah malah asyik? haha.." Yoo Mi tertawa diseberang sana.
"Ah kamu bisa saja, aku disini masi sampai 2 minggu, kamu di Seoul sampai kapan? kita nanti janjian ketemu ya.. aku ingin ngobrol banyak.."
"Araseo..kamu hubungi saja aku saat kamu sampai di Seoul, nomorku disimpan, jangan mentang-mentang sudah jadi eksekutif terus hanya nomor-nomor tertentu yang kamu tambahkan ke kontak.."
"haha.. baiklah akan ku simpan nanti."
"Ok, sudah dulu ya Cindy-ah, ku tunggu kabarmu selanjutnya.." Dan telpon pun kami akhiri.

Aku kembali menonton televisi namun ternyata siaran dramanya sudah berakhir, tinggal adegan-adegan "NG" (Not Good = Dibuang Sayang) yang lucu-lucu itu. Aku melihat kearah Jae-Hwa yang ternyata sudah tidur di ranjangku, kepalanya tidak memakai bantal, ia hanya tidur begitu saja, tanpa selimut pula.

Setelah adegan "NG" berakhir, aku mendekati Jae-Hwa. Tidurnya nampak pulas sekali. Aku mengangkat kepalanya pelan dan menyelipkan bantal, lalu menyelimutinya dengan bedcover. Nampaknya aku harus tidur di sofa nih..
Setelah mengurus Jae-Hwa, aku mengunci pintu dan mengambil bantal satu lagi di samping Jae-Hwa, lalu bersiap tidur di sofa. lampu juga kumatikan, cahaya hanya ada dari televisi yang sengaja kubiarkan menyala. Sebelum memejamkan mata, sekali lagi aku melihat ke handphoneku. Sebenarnya aku menunggu telepon dari Seung Hyun.

Aku membuka pesan terakhir yang ternyata belum ku balas saat ia menanyakan apakah boleh menelpon!! OH! pasti dia berfikir aku tidak mau ditelpon! aduh bagaimana ini! Aku jadi bingung sendiri. akhirnya aku menuliskan pesan balasan kepadanya.

Kamu boleh menelpon kapan saja.
tidak perlu meminta persetujuanku :)
Sudah sampai di Seoul?
Selamat tidur..

Duh! Semoga ia tidak marah..
Pesan  pun ku kirimkan. Aku rasa ia tidak akan membalasnay sekarang, berhubung sudah agak malam, mungkin dia sedang beristirahat. Tapi digaanku salah, nggak seberapa lama, Hanphoneku bergetar. Karena sudah malam, suaranya deringnya aku matikan.

Ternyata dari Seung Hyun! wa!
cepat-cepat kuangkat telepon itu.
"Yoboseo?" Aku menjawabnya dengan agak berbisik karena ada Jae-Hwa yang sedang tertidur, aku tak ingin membangunkannya, maka aku pergi keluar kamar untuk menelpon.
"Cindy.." Ah suaranya.. suara berat itu.. aku sudah merindukannya.
"Mianhae aku baru membalas pesanmu.."
"Tidak apa-apa, kamu belum tidur?"
"Belum, aku baru saja menonton drama di televisi dan ada sahabat lamaku menelpon.."
"Kamu suka drama juga ya?" Ujarnya.
"Iya dong, siapa yang nggak suka cerita romantis begitu.."Jawabku.
Ia tertawa di seberang sana. "Aku juga sebenarnya suka menonton drama, tapi jangan disebarkan ke media ya, ini rahasia kita."
"Jin-jja? ah akunggak percaya.."
"Coba saja test aku.." Tantangnya.
"Baiklah..sebentar aku memikirkan soalnya dulu.. hmm.. oh! di Drama Secret Garden, bagaimana mereka kembali ke tubuh semula?"
"Karena hujan.." Jawabnya.
"Wah.. baik lah satu lagi, siapa sebenarnya ayah dari Colin di drama A Gentleman's Dignity?"
"Ah tentu saja Kim Do-Jin"
"Wow! ternyata kamu benar-benar suka drama ya..! Jarang-jarang ada laki-laki yang suka, pasti kamu termasuk seseorang yang romantis ya.. pacarmu beruntung!"
"Aku belum punya pacar.." Jawabnya cepat.
"Oh, aku pikir kau punya.. katanya kamu artis..hehe" Dia terdiam sesaat, oh kurasa aku sudah berkata yang kurang enak.."Mianhae.." Ujarku.
tapi di seberang sana tetap tidak ada suara yang menyahut. "Yoboseo?" aku memanggilnya. "Yoboseo.. Seung Hyun.." Namun tetap tidak ada jawaban. Lamat-lamat ku dengarkan dengan seksama, ada suara desah nafasnya. sangat teratur. Nampaknya ia tertidur.. hmm orang yang unik..
"Good Night Seung Hyun.. mimpi indah ya.." Lalu telepon kututup.

Aku masuk ke kamar lagi dan berbaring di sofa, aku melihat Jae-Hwa masih tertidur, syukurlah aku tidak menggangunya. Aku memejamkan mataku dan terbawa kealam mimpi..

-------------------------------------------------END OF PART 7---------------------------------------------

Catatan Penulis:
Waah,, lama banget baru bisa posting lagi.. selamat membacaaaa


Betewe...
si Cindy dalam Fanfic ini bukan saya lho wakakaka


Aplikasi HP nih~

0 komentar:

Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss

Fanfic - Love Story Part 7


Title : Love Story Part 7
Chapter : 7/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy, Choi Seung Hyun
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 7. 

Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI

BONUS SCENE  1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________

Keesokan paginya..

Alarm di handphoneku berbunyi, segera setelah kumatikan aku melihat ternyata jam 5 pagi. Kuputuskan untuk mulai bersiap untuk lari pagi. Aku sudah menyiapkannya, sepatu lari warna putih, jaket lari warna kesukaanku, hijau, dan celana lari pendek selutut.

Saat membuka pintu kabin, aku menghirup udara pagi yang segar itu dalam-dalam, lalu mengunci pintu dan mulai berlari. Aku memasang headset dan men-setting lagi yang akan ku putar di handphone. Lagu yang pertama terputar adalah "I am the best" milik 2NE1, satu-satunya girlband yang aku sukai diantara begitu banyak girlband di Korea ini. Rencananya aku sekalian ingin melihat matahari  terbit juga, pasti sangat indah.

Lagunya sudah mulai terputar, aku berlari sambil bernyanyi dan sesekali mengikuti gerakan tariannya yang kulihat di MV mereka.
Bam Ratatata Tatatata
Bam Ratatata Tatatata
Aku terus menari sambil membayangkan bahwa aku salah satu anggota 2NE1, kupikir ini masih terlalu pagi untuk orang lain bangun, makanya aku bisa merasa bebas berekspresi. Karena akan sangat malu sekali rasanya bila ada yang melihatku bertingkah seperti ini.

Namun tanpa kusadari, ada sosok seorang laki-laki yang juga nampaknya sedang berlari pagi. Tubuhnya tinggi, ia memakai Jumpsuit warna pink yang terlihat sangat cerah sekali dan memasang tudung di kepalanya. Kami berlari kearah yang berlawanan, saat tengat berpapasan mata kami bertemu, aku bersumpah aku bisa melihatnya tersenyum geli dan aku rasa itu ditujukan padaku. Aku masih memakai headsetku namun aku bisa mendengarnya berbicara dengan nada seperti menahan tawa dengan suaranya yang terdengar berat dan sexy.
"Kenapa berhenti? Suara dan tarianmu bagus, mungkin saja kamu bisa jadi member baru 2NE1.." Dan dia terus berlari menjauh.

Aku yang masih terkesima dengan kata-katanya tadi hanya bisa berdiri terdiam, aku sangat malu sekali!
Kututupi mukaku dengan kedua tangan dan lalu berjongkok, lututku rasanya lemas. Aku merasa seperti maling ayam yang tertangkap basah oleh warga saat menjalankan aksiku.

Aku tetap berjogkok disana lumayan lama, aku sangat malu sekali, mungkin aku nggak bisa menatap orang yang tadi lagi untuk selamanya. Lagu di pemutar musik hanphoneku juga sudah berganti menjadi lagi 2NE1 yang berjudul "I Love You".

Sampai akhirnya sebuah tepukan di pundak menyadarkanku dari lamunan. Aku menegadah keatas, kearah orang yang menepuk bahuku. Ternyata orang tadi. OMG gimana ini. aku malu sekali! Orang itu berjongkok didepanku, tudung jaketku kunaikkan dengan cepat untuk menutupi kepala dan wajahku. aku sangat malu!

"Kamu nggak papa? Bisa berbahasa Korea?" Ia bertanya, suaranya berat dan sangat sexy!
"Iya aku bisa berbahasa Korea.." Jawabku masih menutup kepalaku dan berusaha untuk tidak melihat kearahnya.
"Maaf tapi apa perkataanku tadi mengganggumu?" Dari suaranya ku tebak ia sedikit khawatir.
"eh.. tidak, cuma.. aku hanya malu saja terpergok seperti itu.." Aku masih memalingkan wajahku dari dia.
"Haha, tidak perlu malu seperti itu.." Ia tertwa dan membuka tudung kepalaku. "Kamu juga suka lari pagi-pagi begini?" Tanyanya dan lalu duduk bersila di depanku.
"Ini baru hari pertamaku di Pulau Jeju. Tapi di hari-hari biasa aku memang suka lari pagi.. Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa masuk area sini? daerah ini kan sudah kami booking agar tidak ada orang yang bisa masuk.." Tanyaku.
"Kamu nggak kenal aku?" Dia bertanya, aku menggelengkan kepalaku. Dia terlihat tidak percaya. Lalu ia membuka tudung jaketnya. "Dan sekarang? masih tidak kenal?"
Aku memandang wajahnya lekat-lekat, ia memiliki bentuk rahang yang kuat dan kokoh, alisnya tebal, rambutnya disisir klimis rapi, dan bibirnya.. aku memandangi bibirnya agak lama. Fantasiku muncul, sisi alam bawah sadarku berkhayal tentang bibirnya, bagaimanakah rasanya jika ia menciumku?.
"Hello.." Ia melambai-lambaikan tangannya di depan mukaku. "Kamu melamun ya!"
"ah.. nggak, aku hanya merasa pernah  melihatmu sebelum ini. tapi aku lupa dimana.." Jawabku
"Ha? benarkah kamu nggak kenal aku? Hmm.. ya sudahlah.." Ujarnya.

"Hey kamu belum menjawabku tadi, kenapa  kamu bisa masuk area ini?" tanyaku
"Aku dan kawan-kawanku juga menyewa lokasi pulai ini, disebelah sana" Ia menunjuk ke arah barisan kabin lain yang ada di sekitar situ.
"ooh begitu.." Aku mengangguk-angguk.

Cuaca agak dingin pagi ini, dan saat ini kami sedang duduk di pinggiran pantai, menghadap ke horizon. Lelaki itu masih duduk disampingku, kami tidak berbicara lagi karena masing-masing terpesona dengan matahari yang perlahan terbit.

"Wah.. lihat itu, sangat indah.." Ujarnya. Aku mengangguk meng-iya-kan.
Saat mataharinya sudah hampir tinggi, aku bangkit dari duduk dan cowok itu juga.
"Aku belum tahu namamu.." Ujarnya
"Cindy, dan kamu?"
"Choi Seung Hyun." Ia mengulurkan tangannya dan kusambut. Seketika itu rasanya ada aliran listrik yang menjalari badanku. Mungkin listrik statis diantara kami terpercik.
"Baiklah Mr. Choi, ini sudah agak terang, aku harus kembali ke kabinku.."
"Jangan panggil aku begitu, panggil saja namaku.." Ia tersenyum. "Yuk, kuantar kau sampai kabin, tidak sopan rasanya kalau kubiarkan kamu kembali sendirian."
"Baiklah.."

Dan kami pun berjalan di sepanjang tepi pantai menuju kearah kabinku, Kami bercerita tentang beberapa hal, seperti darimana asalku karena aku bukan orang Korea, dan tentang kegiatannya di Pulau Jeju ini, ternyata dia-pun sama denganku, sedang dalam masa liburan, tetapi ia sudah lebih dulu datang sekitar 5 hari yang lalu.

Kamipun sampai di depan gerbang menuju kumpulan kabin-kabin perusahaanku.
"Terimakasih ya, sudah mengantarku.."
"Sama-sama, mungkin  kapan-kaoan kita bisa bertemu lagi, dan kalau itu terjadi aku akan bertanya lagi apakah kau sudah mengenal siapa aku.." Ia tersenyum, barisan giginya yang rapi terlihat di balik bungkusan bibirnya yang tipis dan ranum. Lagi-lagi alam bawah sadarku berkhayal tentang bibir itu. Dan tak seberapa lama aku menyadarkan diriku, ku geleng-gelengkan kepalaku menghilangkan semua khayalan yang muncul. Seung Hyun tertawa melihat tingkahku. lalu ia undur diri untuk kembali ke kompleks kabinnya.

Aku berlari-lari kecil menuju ke kabinku dan melihat bahwa Jae-Hwa dan Geun Suk sedang berada di depan pintu kabinku sambil menggedor-gedor dan memanggil namaku. Mungkin mereka pikir aku belum bangun. Dengan berjingkat-jingkat, perlahan aku mendekati mereka dari arah belakang dan lalu menepuk pundak mereka berdua.
"Hey!" Kataku. Dan mereka kompak berteriak kaget.
"Whoa!! Kamu bikin aku jantungan!" Kata Geun Suk dan Jae-Hwa mengelus-elus dadanya akibat rasa kaget yang menderanya.
"Wahaha..! Maaf,tapi kalian ngapain pagi-pagi udah disini?" Ujarku sambil membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk, lalu membuka jaketku.
"Kami pikir kamu belum bangun.." Jae-Hwa menghempaskan dirinya di sofa. Geun Suk memilih untuk menjatuhkan dirinya di ranjangku, kemudian merapikan selimut dan memakainya. Nampaknya ia akan kembali tidur. "Heh! kata siapa kamu bisa tidur lagi!" teriak Jae-Hwa.
"Aku mau tidur disini!" Jawab Geun Suk sambil menutupi kepalanya dengan bedcoverku.
"Aissh!" Jae-Hwa baru saja akan bangkit menuju arah Geun Suk namun ku tahan.
"Sudah biarkan saja.." Kataku. Lalu Geun Suk menjulurkan lidahnya kearah Jae-Hwa, mengejeknya kemudian kembali pada posisi tidurnya.

"Kamu baru selesai Jogging?" Tanya Jae-Hwa
"Iya nih, aku bangun dari jam 5 pagi tadi.." Jawabku sembari mencari-cari handukku di lemari. "Kutinggal mandi dulu ya.." Pamitku pada Jae-Hwa, ia mengangguk.
Aku pergi masuk kedalam kamar mandi, masih memikirkan cowok tadi. Siapa tadi namanya? Choi Seung Hyun? Oh, suaranya masih terngiang di telingaku. Suaranya berat dan sexy!. Setelah selesai mandi aku keluar dan menemukan bahwa Jae-Hwa juga ikut tidur bersama Geun Suk di ranjangku!.
Kulihat wajah mereka nampaknya sangat tenang sekali, aku tahu sebenarnya mereka tidak biasa bangun pagi seperti ini, maka kubiarkan saja mereka seperti itu.
Aku mengeringkan rambutku dengan handuk. Syukurlah rambutku pendek jadi gampang untuk diurus. Aku ingat saat pertama kali potong rambut di Korea, aku memilih potongan rambut pria ketimbang wanita, dan hasinya cukup bangus, modelnya jadi seperti milik Go Mi Nam di serial Drama.
Aku mengeringkan rambut sambil duduk di sofa tempat tadi Jae-Hwa duduk, namun rupanya tanpa sadar akupun ketiduran.

Saat bangun, aku mendapati ternyata aku sudah berbaring di ranjangku dengan posisi tidur menyamping. Saat ku buka mata lebar-lebar, aku melihat ada sesosok punggung cowok didepanku. Rupanya itu punggung Geun Suk! Aku berbalik kearah lain, dan disana Jae-Hwa berbaring menghadapku! Ternyata aku berada di tengah-tengah mereka!
Aku langsung terduduk saat mengetahui apa yang terjadi, ku tendang punggung Geun Suk dan perut Jae-Hwa.
"Hey! bangun!!" Teriakku. Mereka membuka matanya dengan malas-malasan dan menggeliat. "Apa yang terjadi!" Aku masih berteriak.
"Jae-Hwa yang punya kerjaan.." Jawab Geun Suk malas-malasan dan nampaknya berencana kembali tidur tapi kupencet hidungnya sehingga ia tidak bisa bernapas.
"Itu karena kamu tidur di sofa, kelihatannya posisimu nggak nyaman, makanya ku gendong kemari, tapi aku juga jadi malah ketiduran.."Jae-Hwa menjelaskan.
"Aiish!" Aku melompat turun dari ranjang.
"Tenang, nggak ada sesuatu yang buruk kok, kami nggak ngapa-ngapain kamu..mana berani.." Geun Suk tertawa. Ku balas dengan tatapan sebal.
"Jam berapa ini?" tanya Jae-Hwa, lalu ia mengeluarkan handphonenya. "Wah sudah jam 2 siang!"
"wah pantas saja aku lapar sekali, tadi sarapan pun kita tidak makan.. Yuk makan siang!" Geun Suk bangkit dari tidurnya.
"Hey kalian melupakan sesuatu!" Ujarku. berdua mereka memandangku dengan tatapan heran. "Kalian harus minta maaf!" Lanjutku.
"Oh iya iya..  kami berdua minta maaf" mereka berdua mengucapkannya berbarengan, tapi tetap saja kaki mereka kutendang. Kami tertawa, dan sehabis itu bersiap untuk makan siang di restoran yang tersedia disini.

-------------------------------------------END OF PART 7---------------------------------------

Catatan Penulis:
Disini ceritanya si Cindy gak tau kalo Choi Seung Hyun itu artis kenamaan, siapa lagi kalau bukan T.O.P dari BigBang.


Betewe...
si Cindy ini bukan saya lho wakakaka
Aplikasi di HP nih



0 komentar:

Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss

Fanfic - Love Story Part 6

Title : Love Story Part 6
Chapter : 6/?
Char : Choi Jae-Hwa, Jang Geun Suk, Cindy
Genre : PG-13
Disclaimer : All of the fictional character belongs to ME, i made them! the story line also MINE! but the artist I mention are belong to themselves and their mother!. please subscribe!
This is Part 6. 

Part 1 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 2 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 3 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 4 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 5 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 6 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 7 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 8 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 9 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI
Part 10 bisa dilihat di link berikut >> KLIK DISINI

BONUS SCENE  1 >> KLIK DISINI
_______________________________________________________________________________

"KAMU!!" Jae-Hwa berteriak ke arah Geun Suk.
Geun Suk memandang kearah Jae-Hwa, lalu berdiri dan mencibir " Lama tak berjumpa, Choi Jae-Hwa." Ia lalu berjalan kearah dimana Jae-Hwa berdiri. Aku masih berdiri disana, mengira-ngira apa yang akan terjadi.

Geun Suk berdiri tepat didepan Jae-Hwa, tiba-tiba saja dengan gerakan cepat, ia memegang pundak Jae-Hwa dan membawanya mendekat kebadannya, lalu mencium bibir Jae-Hwa. Aku berdiri disana melihat apa yang terjadi dan merasa sangat kaget. Tangan Jae-Hwa bergerak menuju kepala Geun Suk dan mengelus-elus rambutnya, ia menekan bibirnya ke bibir Geun Suk.

Aku masih terdiam dan berdiri melihat adegan itu, akhirnya setelah beberapa saat mereka melepaskan pelukannya, dan melihatku.
"hahahahahah!!! Lihat mukanya! wah, harusnya tadi aku rekam ya!" Jae-Hwa tertawa keras.
"Kamu harus melihat mukamu tadi!" Geun Suk juga tertawa sambil memegang perutnya. Tetapi aku masih dalam keadaan shock.
"hahaha! nampaknya dia benar-benar kaget.. Sini duduk dulu," Jae-Hwa menggandeng tanganku dan mengajakku duduk di sofa. Geun Suk membuka kulkas mencari-cari air mineral yang lalu diserahkan kepadaku.
"Nih, minum dulu.." Ujarnya masih sambil menahan tawa.

Aku minum dengan cepat. "Ya..yang tadi itu apa??"
Jae-Hwa tertawa "Haha, kami memang sering membuat orang kaget seperti ini, kamu sudah korban yang kesekian.." Ia menyeringai.
"Nasi gorengnya masih ada kan? biar kusiapkan untuk Jae-Hwa.." Geun Suk berjalan ke dapur dan mulai sibuk mencari piring untuk Jae-Hwa.

Kami bertiga duduk sambil makan nasi goreng buatanku, aku mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
"Kenapa kamu nggak bilang kalo kamu tinggal di gedung ini juga?" tanya Geun Suk.
"Aku juga nggak tahu kalo kamu mau datang.." Jawabnya dan berbalik ke arahku. "Kenapa kamu nggak bilang kalo kamu sama Geun Suk tadi waktu ku telpon?"
"Kan aku sudah bilang aku pulang bersama Mr. Jang?" Jawabku
"Tapi kan banyak yang namanya Jang di korea ini,"
"Maaf.." Ujarku.

"Apa yang terjadi padamu?" Jae-Hwa memandang Geun Suk yang terlihat selesai mandi dengan handuk yang masih berhantung dipundaknya. "Kamu nggak macem-macem sama Cindy kan?!" Ia mengepalkan tangannya kearah Geun Suk, pura-pura memukulnya.
"Memangnya kenapa kalo iya?" Geun Suk menarik lenganku dan membawa tubuhku mendekat padanya.
"Aish!!" Jae-Hwa menarikku kembali.
"Hei hei.. aku lagi makan nih!!" Kataku
"Jangan berani macem-macem sama dia ya! Dia tanggung jawabku!" Tambag Jae-Hwa.
Geun Suk hanya mencibir.
"Kamu Asistennya Geun Suk? wah, dunia memang sempit.." Kata Jae-Hwa
"Kalian saling kenal?" Tanyaku
"iya, kami sudah seperti saudara.." Jawab Geun Suk
"Jadi, kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Jae-Hwa kepada Geun Suk.
"Ah ceritanya panjang, besok-besok sajalah aku ceritanya. Eh nomor kakimu berapa?" Geun Suk memandangku.
""Kenapa?"
"Kamu perlu beli sepatu yang nyaman, aku juga nggak mau selalu bertelanjang kaki kalau bersama denganmu."
"Kenapa sepatumu? Kamu jatuh lagi? ada yang luka??" Jae-Hwa terlihat begitu khawatir dan mengecek kakiku
"Kamu tahu kalau dia pasti jatuh saat pakai sepatu sialan itu tapi kenapa nggak kamu belikan?" Geun Suk mengeraskan suaranya.
"Aku sudah menawarkannya, tapi dia nggak mau..Oppa~ maaf ya.." Jae-Hwa bertingkah sok imut terhadap Geun Suk. Aku tertawa melihat tingkah mereka.

Setelah selesai makan, aku membereskan piring-piring kami dan mencucinya.
"Aku balik ke flat sebentar, mengambil bir, pastinya disini kamu nggak menyediakan kan.." Kata Jae-Hwa.
"Oh, oke.."
Aku melanjutkan bersih-bersih ruang tamu saat aku melihat Geun Suk keluar dari kamarku, rupanya dia merapikan baju dan rambutnya disana.
"Sorry aku nggak bilang dulu masuk kamarmu, ini handuknya harus kujemur dimana?"
"Sini biar ku jemurkan.." Aku mengambil handuk itu dari tangannya dan menjemur di balkon.
"Jae-Hwa kemana?" Tanya Geun Suk
"Kembali ke flatnya sebentar katanya mau mengambilkanmu bir.." Jawabku sambil merapikan letak handuk.

Saat aku selesai menjawab, Jae-Hwa sudah kembali dan melemparkan sebotol bir kepada Geun Suk.
"Nih tangkap!"
Dengan cekatan Geun Suk menangkap botol yang dilemparkan kearahnya.
"Ini untukmu," Jae-Hwa menyerahkan sebotol minuman jus kalengan."Aku tahu kamu nggak minum beginian.."
"makasih..kamu pengertian sekali.."
Dan Jae-Hwa tersenyum lebar seperti biasanya.
"Maaf ya aku belum punya televisi, jadi nggak ada hiburan..." Ujarku.
"Ah nggak papa, aku juga jarang menonton televisi, kita habiskan waktu dengan cerita saja gimana?"
"Wah boleh juga, aku ingin tahu sedekat apa kalian.."
Kami duduk di sofa dan aku mendengarkan mereka bercerita tentang masa kecil mereka sambil sesekali tertawa membayangkan tingkah mereka saat masih kecil.
Sekarang aku tahu mengapa mereka begitu dekat satu sama lain. Dan mengapa terkadang Jae-Hwa selalu terlihat sedih saat ia merasa sendirian.

"Eh lihat jamnya, sudah malam rupanya. Aku harus pulang sekarang.." Geun Suk beranjak dari duduknya.
"Oh Okay.."Jawabku
"Smpai jumpa besok ya!" Ia mengelus lembut pipiku, aku  tahu ia hanya ingin membuat Jae-Hwa sebal, dan benar saja ia terlihat kesal.
"Aissh!" Jae-Hwa menarikku mendekat padanya. Geun Suk tertawa.
"Kau juga harus kembali ke Flatmu!" Geun Suk menarik kerah belakang Jae-Hwa dan menariknya keluar dari flatku. "Kami pulang dulu ya.."

***
Untuk kemudian, hari-hari berjalan lancar, tak seperti yang ku bayangkan saat pertama bertemu Geun Suk dulu di kantor Direktur Lee. Aku menyelesaikan semua pekerjaanku dengan cepat dan baik,aku pun telah mengatur acara dan jadwal untuk Geun Suk, mulai dari Fan meeting, shooting Drama, dan konsernya. Tanpa terasa, aku sudah bekerja bersama mereka selama hampir 1 setengah tahun. Sudah menjadi rutinitas bahwa setiap tahunnya diadakan liburan untuk seluruh staf dan kru kami.

Tahun ini, aku telah mengatur semuanya, aku menyewa Pulau Jeju untuk 2 minggu, ekslusif hanya untuk kami. Ini akan menjadi liburan paling menyenangkan bagi kami. Aku khusus menyewa pulau bagian selatan dan melarang segala akses masuk untuk para fans maupun paparazi. Aku mau 2 minggu ini menjadi liburan tanpa disibukkan oleh gangguan dari mereka, AKu melakukan hal ini karena Geun Suk selalu mengeluh ia tidak bisa bebas dalam kesehariannya, selalu saja ada fans dan paparazi yang mengintai.

Saat kuceritakan tentang rencanaku menyewa pulau  itu, ia sangat gembira, ia bilang bahwa ini adalah hal terhebat yang ia dapatkan.

Inu adalah bulan Maret, suasana dan cuacanya sangat sempurna, kami tiba siang hari bertepatan dengan makan siang, setelah menaruh koper-koper di kabin masing-masing, kami berkumpul di ruang makan.

Kami berjumlah 10 orang diantaranya adalah aku, Geun Suk, Direktur Lee dan beberapa staf serta kru. Anggota lainnya yang tidak ikut diberikan pula waktu berlibur untuk berkumpul bersama keluarga mereka.

Masing-masing kami memiliki satu kabin untuk satu orang. Kabin ku dan Geun Suk letaknya bersebelahan, dan sangat dekat dengan tepi pantai, pemandangannya sangat indah dari sini,

"Ayo semua, silakan makan,  ini sudah jam makan siang..!" Aku berteriak pada mereka yang sedang sibuk mengagumi tata ruang di tempat makan tersebut. Saat semua sudah duduk, aku mengatakan bahwa untuk 2 minggu kedepan adalah acara bebas, mereka bertanggungjawab atas diri mereka masing-masing, mereka bebas melakukan apa saja. " Ini adalah penghargaan untuk kalian karena telah bekerja sangat keras tahun ini.." Ujarku sebagai kata penutup dan disambut sorak sorai mereka.

Selesai makan siang, aku kembali ke kabinku untuk mulai membereskan isi koper. Belum lagi aku membuka koperku, ada suara ketukan di pintuku.
"Cindy, kamu di dalam?"
Itu Suara Geun Suk. Aku pergi ke pintu dan membukakannya. Disana sudah ada Geun Suk berdiri sambil menenteng kopernya.
"Bisakah aku tidir disini saja? kurasa ada hantu dikamarku.." Ujarnya
"Kamu mau bertukar kamar? oke..kebetulan aku belum mengeluarkan baju-bajuku.." Jawabku sambil berbalik akan mengambil koperku. Tapi kemudian aku merasakan tangannya memegang pinggangku, belum sadar dari kekagetanku, ia sudah mendorongku ke tembok dan menahan tanganku dengan tangannya yang kuat.

"He.hei..!" Aku membentaknya.
Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku "Aku tidak ingin bertukar kamar, aku ingin kita berdua.. disini.." Bisiknya di telingaku.
"Ma..mana boleh!" Jawabku gugup. Badannya yang besar menahanku di tembok.
"Kamu nggak menginginkanku??" Tanyanya, wajahnya mendadak murung.
"Bukan.. bukan seperti itu tapi tetap saja tidak bisa.. Akan ada gosip menyebar.." Aku berusaha melepaskan diriku darinya, tapi ia terlalu kuat, tentu saja, ia laki-laki sedangkan aku perempuan.
Dorongan badannya semakin kuat, ia menekanku ke tembok, wajah kami hampir tidak berjarak.
Jantungku rasanya mau copot! aku tak pernah sedekat ini saat berhadapan dengan laki-laki.

"ckckckck.... inilah yang kutakutkan..." Sebuah suara menyadarkanku. Itu Jae-Hwa! Ia berdiri di depan pintu kabin yang belum sempat ku tutup karena serangan Geun Suk terlalu intens.
"Jae-Hwa!" Aku dan Geun Suk berbarengan menyebut namanya. Geun Suk melepaskanku, aku akhirnya bisa bernapas lega.
"Kenapa kamu bisa ada disini?" Geun Suk bertanya dengan nada agak sebal.
"Aku pemiliknya.."
"Ha????" Aku kaget
"Yang benar??" Geun Suk pun tak kalah kaget.
"Tentu saja.."
"Ooh! jadi itu sebabnya saat aku meminta pendapatmu akan kemana liburan tahun ini kamu malah merekomendasikan tempat ini.. pantas saja prosesnya nggak ribet.. ternyata kamu.." Aku tertawa. Jae-Hwa hanya tersenyum.
"Nah, sekarang nggak ada yang perlu ditakutkan, aku akan menjagamu dari monster ini.." Jae-Hwa mencubit perut Geun Suk sehingga ia kesakitan. " Ayo minta maaf!!"
"Aw aw aw!! iyaa aku minta maaf ya Cindy.." Geun Suk terlihat kesakitan lalu Jae-Hwa melepaskan cubitannya.

"Sana kembali ke kabinmu! Mulai malam ini kita tidur bersama!" Perintah Jae-Hwa. dia nggak pernah bertingkah sedewasa ini sebelumnya jika berhadapan dengan Geun Suk.
"Iyaa.." Geun Suk kembali mengakat kopernya dan dengan patuh kembali ke kabinnya.
"Kamu nggak papa kan?" Tanya Jae-Hwa
"Nggak kok, cuma agak kaget aja dengan tingkahnya..."
"Dia cuma main-main, jangan diambil hati..sudah sana kembali selesaikan apa urusanmu tadi, aku akan memarahi Geun Suk dulu.." Jae-Hwa merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan lalu tersenyum dan berjalan kearah kabin Geun Suk. Oh ku harap Jae-Hwa nggak membunuh Geun Suk.. Pikirku.

------------------------------------------END OF PART 6-----------------------------------------------------------
Catatan Penulis:
Maaf yaaa blognya aku pisah soalnya ceritanya semakin intens nih.. hehe



ini fotonya EXO Kris, fanfic ini memang ga ada hubungannya sama EXO
tapi penggambaran sosok Jae-Hwa kira-kira mirip sama si Kris..
Jadi biar gampang bayanginnya soalnya Jae-Hwa kan tokoh fiksi..

0 komentar:

Tinggalkan komentar untuk memberikan saya masukan serta kritik dan saran, saya bukan apa-apa tanpa kalian *kiss